Mohon tunggu...
H.S Parukitta
H.S Parukitta Mohon Tunggu... pelajar mahasiswa -

"Melihat dari Sudut yang Berbeda"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Potongan Surat Kenangan

25 Februari 2017   02:36 Diperbarui: 1 April 2017   09:04 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah kenapa ingin kutuliskan semua kerinduanku kepadamu lewat barisan-barisan kata ini, aku ingin sejenak kau mengingat kala masih bersama, kau selalu bermanja aku ingin sejenak kau mengerti betapa senangnya dulu, kau kadang tertawa, potongan demi potongan kenangan itu seperti bingkisan memori selalu menghiasi imajinasi tiap saat. Engkau masih kuanggap sama seperti dulu, kala kita tertawa kala kita sedih, kala kita senang kala kita susah, cerita itu seolah Tuhan hadirkan tuk abadi dalam hidupku. Ingatlah hujan di bulan itu kita berteduh dan saling menertawai, bagiku itu indah.

Meski hanya sejenak lalu hilang berganti Pelangi.Kenanglah meski hanya sebagai pintasan-pintasan kapas putih beterbangan diudara entah ingin kau meniupnya jauh ataukah ingin kau memetiknya seperti memetik bunga mawar agar bisa terasa harumnya sampai menggetarkan hatimu, kekasih, kali ini aku telah benar-benar sampai pada masa dimana rindu seperti surga, ia menenangkan bathinku, ia mendamaikan jiwaku lewat sayatan-sayatan cerita lama bayang membayang teman balik cahaya di nyata.

Kadang lewat pesan malam kubercerita bermohon kepada tuhan betapa sangat ingin kutebus kerinduanku dengan 1 pertemuan saja, dan itu kumohonkan untukmu sebagai pengharapan atas sesuatu yang ku artikan sebagai Cinta. Andai bisa ku berandai malam gelap ini saja, engkau hadir layak cahaya menggantikan sang bulan sebab telah bosan ku bercengkramah denganya, bagiku bulan hanya berisi kebisuan beku menikmati kesendirianku tanpa sedikitpun memberi isyarat kedatanganmu.

Bacalah, lalu camkan betapa ganasnya malam menikmatiku, seperti halnya bulan, Sang malam hanya memberiku keindahan Fatamorgana dengan bintang-bintangnya dengan binar-binarnya dengan mega-meganya. Dan semua itu Omong kosong. Sebuah janji terhadap rasaku pernah tuhan sampaikan lewat mimpi namun itu tak lagi nyata telah 1000 malam bahkan lebih aku dibuainya. Tak berdamailah aku pada alam semesta di kehidupan ini dan semoga saja kehidupan berikutnya ku berdamai.

“Tenanglah kau kekasih pada kehidupan kisahmu biarlah aku menikmati kesahajaan Cintaku lewat tulisan-tulisan kecil yang diterjemahkan oleh rasaku”

salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun