Mohon tunggu...
H.S Parukitta
H.S Parukitta Mohon Tunggu... pelajar mahasiswa -

"Melihat dari Sudut yang Berbeda"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Percakapan Tuna Wicara

14 Maret 2017   21:22 Diperbarui: 14 Maret 2017   21:25 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Suwartina

Semesta dan seluruh isinya menjanjikan tawa, berdiskusi dengan candaan suara lantunan aksara tapi tidak denganku..

Saya memahami betul bagaimana rasanya kondisi fisik yang ada pada diri kita dijadikan bahan lelucon. Itu sungguh keji. Ketika orang-orang yang memiliki kekurangan fisik seperti saya harus jatuh bangun menata kepercayaan diri, ada sebagian pihak yang menjadikan kekurangan kami hanya untuk bahan lucu-lucuan. 

Ketika kami berjuang menguatkan diri, menguatkan mental menerima kondisi yang sebenarnya tidak kami kehendaki, orang-orang itu dengan entengnya menjadikan kondisi yang memberati hati kami itu sebagai sebuah candaan. Mereka mungkin berpikir itu hanya ucapan angin lalu, namun lain dengan kami yang merasakan betul beratnya berada pada kondisi demikian.

Saya rasa kebiasaan masyarakat kita menjadikan kekurangan seseorang sebagai lelucon memang gambaran dari masyarakat yang sakit, yang merasa superior dengan dirinya sendiri sehingga berkuasa memandang rendah orang lain. Manusia-manusia seperti itu merasa dirinya sempurna, hebat. Lupakah mereka bahwa fisik mereka itu hasil pemberian Tuhan? Bukankah kita semua tidak pernah request sama Tuhan ingin terlahir seperti apa? Kita tinggal terima saja bukan? Lalu jika orang-orang yang normal bisa normal karena kehendak Tuhan, mengapa harus merasa bangga? Semua toh sama saja hasil pemberian Tuhan.

Tidak bisakah bersikap lebih bijak dengan tidak merasa diri superior dan sekaligus tidak menghakimi kekurangan orang lain karena tidak ada satu manusia pun yang berhak atas itu. Bukan kita yang mengatur hendak jadi apa, bagaimana. Saya juga kalo boleh minta pasti ingin terlahir normal. Tapi bukankah semua yang ada pada diri hamba semata-mata adalah kreasiNya? Adakah makhluk di dunia ini yang mampu melawan kehendakNya yang agung? Tidak. Semua adalah kuasaNya. Tapi yang harus diketahui bahwa kekurangan fisik bukanlah bentuk kelemahan Tuhan, hanya orang yang tidak mengerti yang mengatakan begitu. Kekurangan fisik justru bentuk kemahabesaran Sang Maha Besar. 

Ada begitu banyak makna di balik kekurangan fisik yang Tuhan beri pada hambaNya. Tuhan ingin mengajari kita bersyukur. Tuhan menghadirkan orang-orang seperti saya agar yang lainnya bisa bersyukur. Tuhan menciptakan kekurangan agar kita tidak mengutamakan fisik. Bukan, bukan fisikmu yang Aku utamakan, kata Tuhan. Tapi takwamu, hatimu... Lihat, alangkah agungnya pelajaran yang hendak Tuhan beri pada kita. Betapa kurang ajarnya kita yang berani menertawakan kebesaran makna itu.

Maka, berhentilah mengolok-olok kebesaran Tuhan. Berhentilah merasa diri superior. Berhentilah menghakimi kekurangan orang lain. Berhentilah menjadikan kekurangan orang lain sebagai lelucon. Berhentilah jadi masyarakat yang sakit. Disability is not a joke.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun