Keenam, tirani ekonomi. Tirani ini tergambar dari adanya fonemena Qarun di dunia muslim, yang menguasai korporasi-korporasi. Di dunia Arab, masih terjadi praktik monopoli yang dilakukan kalangan keluaga raja terhadap petrolium, minyak, dan lainnya. Bagi Syahrur, Qarunisme sama dengan kapitalisme.
Dari hasil eksplorasinya di atas, Syahrur kemudian memberikan tawaran perlunya sebuah dekonstruksi atas pemahaman dan pola pikir umat Islam selama ini. Pertama, pehaman terhadap Islam sebagai agama yang hanif, Syahrur memaknainya dengan “elastisitas Islam sesuai dengan ruang dan waktu”.
Kedua, Syahrur membayangkan bahwa al-Quran itu turun saat ini dan untuk masyarakat yang ada pada saat ini dan harus dipahami pada konteks dan dengan metodologi sekarang ini juga. Ketiga, konstruksi konsep negara Islam perlu dibenahi (Syarur tidak setuju dengan konsep negara Islam versi Arab Saudi).
Keempat, perlunya pengganti institusi tiran yang selama ini telah menggurita pada hampir seluruh negara Islam.
Dengan tawaran yang dibuatnya Syahrur berkeyakinan, Islam akan menikmati kejayaannya, sepeti yang dulu pernah dicicipinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H