Mohon tunggu...
Lana Hamimatul Auliyah
Lana Hamimatul Auliyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Cara Mengatasi Anak yang Manja

15 April 2018   14:04 Diperbarui: 15 April 2018   14:34 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda tentu pernah melihat seorang anak berteriak-teriak di mal, merajuk, hingga memukul orang tuanya saat keinginannya tidak dituruti, bahkan si anak juga akan berguling-guling di lantai sambil menjerit-jerit histeris. Anda yang melihatnya pasti merasa jengkel, apalagi orang tua dari si anak. Namun hal seperti itu merupakan hal yang wajar bagi para orang tua, karena kebanyakan seorang anak pernah melakukan hal tersebut.

Semua orang tahu, tidak ada orang tua yang tidak sayang kepada anaknya. Orang tua akan memberikan apapun yang diminta oleh sang anak selama dia mampu. Orang tua pun juga sering memaafkan anak mereka ketika sang anak melakukan kesalahan karena tidak tega untuk memarahi mereka. Tidak ada yang salah memberikan kasih sayang yang banyak kepada anak, namun kasih sayang yang berlebihan itu tidaklah baik. Hal tersebut merupakan tindakan yang kurang tepat dalam menyalurkan kasih sayang dan akan mempengaruhi perkembangan anak, salah satu contohnya anak akan memiliki sifat manja.

Sifat manja pada seorang anak bukanlah sifat yang dibawa sejak lahir. Akan tetapi sifat itu terbentuk karena cara orang tua yang salah dalam mendidik anak. Anak yang manja akan sulit hidup dalam lingkungan masyarakat, anak akan cenderung memiliki sikap ragu-ragu atau cemas dan sangat tergantung pada orang tuanya. Hal ini bisa terbawa hingga anak sampai usia dewasa, lalu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi anak yang memiliki sifat manja?

Berikut beberapa cara untuk mengatasi sifat manja anak yang bisa dilakukan oleh orang tua :

  • Harus Konsisten Dengan Apa yang Diucapkan

Ketika anak menangis, merengek dan mengamuk karena menginginkan sesuatu dan tidak dipenuhi, biarkan saja. Jangan berikan rasa kasihan dan maaf dengan begitu mudah, karena hal itu justru menunjukkan perilaku orang tua yang tidak konsisten dengan ucapannya. Jika orang tuanya memiliki perilaku yang seperti ini, maka si anak akan membuat perilaku menangis, mengamuk dan merengek sebagai senjatanya ketika keinginannya tidak terpenuhi. Jadi dia akan melakukan hal itu secara terus menerus ketika hal yang sama terulang kembali karena dia merasa dengan melakukan hal itu keinginannya akan terpenuhi.

Oleh karena itu, ketika anak merengek, atau menangis atau mengamuk ketika keinginannya tidak terpenuhi, secara konsisten meyakinkan mereka bahwa yang mereka lakukan itu salah. Ajak mereka bicara secara baik-baik dan berikan pengertian serta penjelasan kenapa mereka sebagai orang tua tidak memenuhi keinginannya itu.

Memberikan Pujian

Berilah pujian kepada anak ketika anak itu melakukan kebaikan, sekecil apapun kebaikan yang dilakukan. Karena dengan memberika pujian anak akan merasa termotivasi untuk melakukan kebaikan-kebaikan selanjutnya, di lain kesempatan. Tetapi jangan biasakan memberi pujian dengan memberikan sebuah hadiah yang mahal atau yang berlebihan, karena hal itu sama saja dengan memberi sogokan kepada anak agar mau melakukan hal-hal yang anda inginkan sebagai orang tua. 

Pujian yang diberikan juga tidak harus selalu dengan kata-kata, namun juga bisa melalui tindakan-tindakan kasih sayang, misalnya dengan memberikan sebuah ciuman, pelukan, atau acungan jempol. Dengan melakukan hal-hal seperti itu, anak akan merasa senang dan ingin melakukan kebaikan yang lain agar mendapat tindakan atau pujian dari orang tuanya.

Memberikan Hukuman

Ketika anak melakukan suatu kesalahan atau kenakalan, berilah anak hukuman yang sesuai dan mendidik. Hukuman tidaklah selalu buruk dan berdampak negative pada anak. Sesekali anak perlu mendapat hukuman agar dia tidak mengulangi kesalahan atau kenakalan yang sama. Mungkin awalnya tidak tega, namun ketika hasil yang didapatkan seperti yang diinginkan justru rasa syukur yang akan kita rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun