Mohon tunggu...
Lana Hamimatul Auliyah
Lana Hamimatul Auliyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Negeriku, Dulu dan Sekarang

10 Maret 2018   16:57 Diperbarui: 10 Maret 2018   17:05 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia berada di bawah penindasan Belanda selama 350 tahun. Selama itu pula rakyat Indonesia merasakan berbagai macam pelanggaran HAM dan kekejaman yang tidak hanya secara fisik, penindasan secara mental juga dirasakannya. Dari tingkatan yang paling ringan hingga tingkat intimidasi berat.

Manusia akan melakukan perlawanan ketika merasa terdesak dan terancam keberadaannya. Begitu pula yang dilakukan oleh bangsa Indonesia saat itu. Ketika para kolonial yang merupakan pendatang berbuat semena-mena terhadap rakyat Indonesia, rakyat Indonesia berang dan angkat senjata. Mulai dari perang senjata gerilya hingga pertempuran secara terbuka.

Setelah sempat mengalami penindasan dari bangsa Jepang, Indonesia berhasil memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1945. Dengan kerja keras, gotong royong, dan kebersamaan, bangsa Indonesia mampu mengibarkan bendera kemerdekaannya. Sejak itulah bangsa Indonesia dapat menghargai arti sebuah kemerdekaan.

Pada masa kepemimpinan lokal, Indonesia mengalami jatuh bangun dalam kepemimpinan dan pemerintahan. Indonesia seakan mencari bentuk dan jati dirinya. Saat itulah kita sadar bahwa mengelola sebuah Negara yang merdeka tidak semudah membalikkan telapak tangan. Memasuki Orde Baru, bangsa Indonesia mengalami pencapaian-pencapaian besar yang dikarenakan gaya kepemimpinan Orde Baru yang khas.

Pada tahun 1998, era demokrasi seperti anak panah yang terlepas dari busurnya. Kerajaan Orde Baru runtuh dan bermunculan era-era baru. Dimulai dari era Habibie hingga era Susilo Bambang Yudhoyono. Lalu bagaimana wajah Indonesia saat ini?

Secara fisik Indonesia sudah merdeka selama 69 tahun, namun secara mental dan kejiwaan bangsa Indonesia masih terbelenggu oleh tirani colonial versi baru. Muatan dan kepentingan Negara asing selalu terbawa saat pemerintah mengeluarkan berbagai macam kebijakan.

Saat ini, Indonesia mengalami krisis kepemimpinan dan kepercayaan. Berbagai kepentingan macam politik saling berbenturan. Tidak ada lagi sosok dan figure yang bisa jadi contoh dan panutan yang sebenarnya. Para wakil rakyat menjadi monster yang memangsa rakyatnya sendiri.

Tanpa kita sadari, rekam jejak peristiwa masa lalu memberikan warna pada kepribadian bangsa Indonesia sekarang ini. Untuk Indonesia yang lebih baik, dibutuhkan kerka keras, gotong royong, dan kebersamaan dari seluruh komponen bangsa serta kesadaran dari berbagai pihak agar meninggalkan kepentingan dan ambisi kelompoknya. Proses pengulangan-pengulangan kembali berbagai macam kondisi dan kejadian yang sama seharusnya menyadarkan kita bahwa ada yang salah dan perlu diperbaiki dengan bangsa ini.

Mau dibawa kemana Indonesia nantinya merupakan tanggung jawab semua komponen bangsa untuk menjawab dan menentukan arahnya. Indonesia, Dulu dan Sekarang seperti sebuah gadget yang berganti cashing luarnya saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun