Musim liburan sekolah, Natal dan tahun baru suasana menjadi gegap gempita, tempat-tempat hiburan dipadati pengunjung, hingga macet di jalanan tak terelakkan.
Berlibur, berarti memindahkan aktivitas keseharian dengan hal baru, hal-hal ringan atau menantang yang bersifat rekreatif, berselancar ke tempat yang diidamkan, harapannya menguras keruh isi hati mengganti dengan suasana yang menyenangkan.
Sudahkah liburan kita menyenangkan ? bukan berkaitan dengan ke mana liburannya, jauh atau dekat, mahal atau murah, dikunjungi banyak orang atau sepi, lebih mengarah kepada suasana hati pribadi masing-masing.
Niatan berlibur juga menentukan hasil dan proses, berat hati dan enggan atau bermalas-masalan membuat suasana kaku, lesu dan prosesnya berbelit. Sebaliknya bila direncanakan dengan riang hati semuanya memiliki kebahagiaan dari tahap demi tahap, hingga berakhirnya berlibur (berwisata).
Kebahagiaan sebagai puncak tertinggi tujuan berlibur, adalah merefresh, menyegarkan jiwa dan raga, karena itu bisa dilakukan dengan banyak cara, sebagian orang menikmati dengan bermalas-malasan, memperbanyak tidur, jalan-jalan tanpa tujuan, makan angin, hingga ke tempat hiburan (rekreasi) kelas atas dan santap makan di resto yang aneh-aneh.
Sejatinya kebahgiaan adalah cara pandang diri tentang suatu hal dan menyederajatkan dengan suasana hati, sehingga napas melasa lega, dada semakin melebar, pikiran mampu menerawang lebih jauh dan tegap dalam menghadapi apapun.
Merasa bahagia beda dengan merasakan kebagiaan, melajar merasa bahagia penting agar bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.Â
Meliburkan diri dari pekerjaan yang berat dan meletakkan sementara beban kerja, itulah bagian dari berlibur untuk meraih kebahagiaan
Ternyata sangat sederhana untuk menikmati liburan dan meraih kebahagiaan, yaitu menata suasana hati
Berlibur Sudahkah Mendapatkan Kebahagiaan