Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Tak Makan Kepiting Ini Cara Makan Kepiting Agar lezat

6 September 2024   01:37 Diperbarui: 6 September 2024   01:43 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepiting saos padang (Hamim Thohari Majdi)

Tak selamanya makanan yang enak, menarik Semua orang, seperti kepiting, makanan lezat kelas resto, ada yang tidak menyukainya. Bukan karena efeknya, tapi hal lain di luar jangkauan. Karena sebagian orang alergi dan pantangan.

Ceritanya, di sebuah gardu saat piket jaga dan ronda malam, salah satu warga menawari kepiting dimasak saos padang, tentu enak dan menggoda, sepakat para penghuni gardu mengiyakan "ya, mau silahkan dibawa ke gerdu".

Senang berbaur kebingungan, betapa tidak ! Enaknya lauk kepiting ini tidak mungkin dilalap begitu saja, butuh teman pendamping, belum lengkap lauk tanpa nasi. Menjadi masalah, karena sudah larut malam bahkan jarum jam telah melewati pukul 12 malam, berarti sudah dini hari. Ada yang menwarkan beras untuk dimasak, namun butuh waktu kurang lebih satu jam untuk mengubah beras menjadi nasi.

"Oke, beli saja nasi bungkus, tanpa lauk" ujar salah satu warga sambil merogoh saku celananya dan mengeluarkan dua lembar uang kertas, dengan nominal dua puluh ribu. Setelah dihitung kembali warga yang hadir di gardu kamling sebanyak enam orang, pasti uangnya tidak cukup andai satu bungkus senilai lima ribu rupiah, kembali memasukkan tangan ke dalam saku mencari kertas berharga, dilihatlah yang keluar sepulh ribu, dengan berbekal tiga puluh ribu rupiah, tancaplah gas menuju warung di seberang desa dengan jarak kurang lebih satu kilo meter.

Hanya butuh waktu  tiga  puluh menit mereka sudah menenteng nasi bungkus, nasi jagung lodeh pepaya plus sambal dan serpihan  rempenyek. Satu persatu mulai makan, dan yang lain mengjngatkan untuk mengambil kepiting dalam panci. 

Begitu lahap dan nikmat, di samping kepiting ada terong bakar, krupuk ikan dan krupuk rambak menjadi pelengkap. 

Ada yang terasa aneh, setiap ditawari untuk ambil kepiting selalu berujar "nanti aja, ini masih enak". Hampir separuh kepiting berkurang, namun warga satu ini tetap belum tertarik untuk mengambil kepiting. Maka dipaksalah untuk segera mengambil, agar semua bisa merasakan dan menikmati. 

jawabannya begitu mengguncang "aku tak terbias dan tidak tahu cara makan kepiting" urainya dengan penuh kepolosan. Tentu celotehan meramaikan suasana makan di gardeu, "makan enak kok tidak mau", sebagian lain menyatakan "ayo dicoba , enak lho, jarang-jarang ada suguhan kepiting, belum tentu satu tahun sekali"

Enak bagi orang, belum tentu bagi orang lain. Lezat bagi orang lain, belum tentu untuk orang lain. Bukan karena perbedaan kebiasaan dan kesukaan, namun karena tidak mau dan tidak bisa. Termasuk kepiting, jenis makanan laut yang meniliki kelas cukup tinggi. Dan sebagian orang cukup nikmat dengan lauk tahu tempe, sudah lebih dari cukup. 

Cara makan kepiting yang nikmat dan lezat, mulai dengan membuka tempurung, ambil dagingnya, apalagi kalau sedang bertelur, ambil dulu telurnya untuk disantap, pasti lezat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun