Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indahnya Ngobrol dengan Tetangga

3 September 2024   20:21 Diperbarui: 3 September 2024   20:31 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngobrol di depan  salah satu  rumah kawasan kampung adat Bali (Hamim Thohari Majdi)

Susunan masyarakat terkecil setelah keluarga adalah tetangga, sebagai kumpulan dari rumah tangga yang berada dalam satu komplek, bertetangga adalah keinginan untuk mendapatkan ketenangan dan keharmonisan.

Maka ada syarat yang harus dipenuhi, di antaranya adalah memahami budaya dan kebiasaan yang terjadi di lingkungan dan tetangga kita. Tuhan mencipta manusia dengan segala keunikan yang terjelma dalam keragaman, tak ayal selamanya manusia satu dengan yang lain selalu berbeda, walau dalam kesamaan atribut dan dari rahim yang sama.

Keragaman adalah kekayaan, untuk mengeksplorasi budaya yang berkembang dalam masyarakat dan diikat dalam satu kesepakatan, bahwa berbeda adalah tambahan warna, seperti bunga di kebun semakin indah bila yang mekar adalah aneka warna. Membuat terang pandangan mata.

Syarat bertetangga adalah menerima berbedaan yang dibawa oleh individu-individu, tak perlu menghina, menghujat atau saling menyingkirkan  atas perbedaan yang terjadi. Bagaimana akan terwujud harmoni bila yang dibicarakan adalah perbedaan yang mengarah kepada ketidak sepahaman. 

Bekal siap berbeda dan mendengarkan perbedaan pendapat adalah anugerah, menjadi pelengkap pengetahuan, tidak seperti katak dalam tempurung, kelam dalam kegulitaan, membuka tempurung bagi katak memang tidak mudah, diperlukan wawasan jauh ke depan melampaui batas yang mengelilingi.  

Menerima apa adanya, berarti memahami keterbatasan dan kelebihan seseorang, dengan begitu komunikasi akan lancar, senyum akan terwujud bagi yang bisa memahami. tanpa harus tahu makna yang terucap. Sebaliknya ketidak sepahaman menuju kebencian yang menutup ruang sapa, membalikkan wajah dan pandangan sinis, semanis apapun kata terucap, pahit dirasa.

Adaptif menjadi perangkat penting untuk bisa membangun komunikasi dengan siapapun dan di manapun, individu-individu yang cepat beradaptasi adalah selalu melepas selimut yang membuat perbedaan semakin mencolok, lapang dada dan membuka diri adalah jalan kelapangan dalam berhadapan dengan siapapun.

Semakin ke sini, peradaban semakin maju, keluasan wawasan dibutuhkan bagi setiap individu agar mampu tumbuh dan berkembang seperti yang diharapkan, sifat membatasi diri dan benteng yang terlalu kuat untuk berubah, akan menjadi masalah ketika harus berbaur di ruang terbuka, jangan menjadi individu yang kesepian dalam keramaian. Jadilah individu sebagaimana umunya, tertawa bersama, bukan terlambat tertawa, dan duka ditanggung bersama, bukan merasa sendirian.

Hamim Thohari Majdi

Lumajang, 3 September 2024

Hamim Thohari Majdi @Surplus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun