Jogjakarta sebagai Derah Istimewa menyimpan banyak kisah peradaban di masa lampau dalam koridor kerajaan. Monumen yang bisa dikunjungi dan dinikmati keindahannya masih sangat banyak, seoerri keraton, tamansari, dan tugu golong gilig sebagai tetenger untuk pemantauan gunung merapi.
Di sore hari tugu golong gilig memilik daya tarik luar biasa dahsyatnya, empat penjuru jalan yang mengitari dipadati para pengunjunvg. Terutama para mahasiswa dan wisman. Entah magnit apa yang menriknya, secara kosmos tidak ada peristiwa yang membedakan dengan tempat lain, kecuali keagungan kota Jogjakarta.
Jogjakarta atau Yogjakarta atau jogjamemiliki tempat wisata hingga pesisir selatan di kabupaten gunung kidul yang terkenal dengan sebutan Jogja lantai dua menjadi tempat wisata yang menarik, terlebih ada jalan Maribolo yang legendaris tanpa Marioboro belum ke Jogja.
Deretan perguruan tinggi bertebaran dari ujung ke ujung ada universitas tertuanya yaoti UII, ada Universitas Gajah;mada (UGM) dan banyak lainnya, sehungga menjadikan Jogjakarta berjukuk kota pelajar. Menjadikan banyak perantau yang menjadi penduduk musiman.
Dunia digital telah menyeret manusia ke dalam satu titik yang bernama viral, tak ingin tertinggal  kereta senja berangkatnya mentari menemui rembulan. Entah apa yang mereka cari, dari bisik bisik kedai kopi hingga emperan perguruan tinggi cerita tuhu golong gilig menjadi judul pengantar di setiap aktifitas.  Biarlah anak muda menikmati dan mencintai sejarah. Jangan biarkan sejarah terhempas oleh berita angin lalu.Â
Di tugu golong gilig anak muda ingin menjadi sejarah dan menulis sejarah dalam beranda media sosialnnua, Â Jogjakarta berjubel manusia, berjuta kepala, entah apa yang ada di kepala mereka, sebagian ada yang siap diisi untuk memperkaya pengetahuan, sebagian dituang agar penat lenyap perlahan-lahan. Tigu, sekali lagi tugu entah pernama golong gilig atau pahlaman dan nama-nama lainnya, adalah keagungan bagi masyarakatnya.
JOgjakarta, 31 Agustu 2024