Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Pemimpin Bukan Hanya Soal Usia

6 Juni 2024   15:37 Diperbarui: 7 Juni 2024   08:42 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memimpin Bukan Hanya Soal Usia Saatnya Anak Muda Berkarya Untuk Bangsa (Hamim Thohari Majdi)

Adakah hubungan antara usia dan pemimpin ? secara alamiah, pemimpin selalu didapati dalam setiap perkumpulan, ini menunjukkan bahwa seseorang menjadi pemimpin atau ditunjuk untuk memimpin berdasarkan area atau wilayah yang melingkupi dirinya. Bisa diperhatikan proses pemilihan pemimpin sudah dimulai dari bangku sekolah, setidaknya kelas 1 (satu) Sekolah Dasar (SD), berkisar usia 7 (tujuh ) tahun hingga jenjang perguruan tinggi. 

Hal di atas menunjukkan bahwa pelatihan kepemimpinan sudah diterapkan sejak masa Kanak-Kanak, dan hasilnya luar biasa, beragam memang karakter kepeemimpinan yang dihadirkan, utamanya anak SD yang belum pernah terwarnai oleh teori-teori kepemimpinan, namun tujuan yang diharapkan bisa tercapai.

Kepemimpinan yang lahir dari lingkungan secara alamiah, karena ada ciri yang berbeda yang melekat kepada pemimpim yang ditunjuk, aura inilah menjadi pemikat orang di sekelilingnya untuk menjadikan pemimpin lalu ditaati.

Sedang pemimpin yang lahir dari peoses pemilihani, seperti yang dipraktekkan dalam demokrasi di Indonesia, mulai tingkat Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), kepala Desa, Bupati, Gubernur hingga presiden, setidaknya ada dua muara pertama mencalonkan diri dan dicalonkan. Walau keduanya berujung mau mencalonkan dan dicalonkan adalah berkaitan dengan kepantasan, yang mencalonkan diri merasa dirinya telah memenuhi unsur atau persyaratan. Sedang yang dicalonkan lebih bersifat pasif artinya terpaksa karena tidak ada lagi yang mau mencalonkan dengan segala keterbatasan yang dimiliki.

Namun pada akhirnya bukan permasalahan dicalonkan atau mencalonkan diri, yang ditunggu oleh masyarakat adalah kinerjanya, kehadirannya mampu atau tidak mampu meningkatkan kesejahteraan dan keamanan ?, di sini juga berlaku tentang usia, bukan permasalahan usianya tetapi mampukan berkiprah dengan jabatan yang diemban.

Di era 2016 Indonesia mempunya gubernur termuda yaitu Zumi Zola di usia 36 tahun. Disusul oleh Andi Sudirman Sulaiman di usia 38 tahun dilantik menjadi Gubernur Sulawesi Selatan. Sepak terjang Andi Sudirman sebagaimana dirilis oleh www.metrosulteng.com pada tanggal 14 Januari 2023 masuk tiga besar sebagai pejabat muda yang vokalis, Gibran Raka Buming Raka (wali kota Surakarta) peringkat kedua, dan ketiga diduduki Muhammad Boby Afif Nasution (wali kota medan). 

Tentu masih banyak anak muda yang menjadi bupati atau wali kota seperti Aditya Halindra Faridzky menjadi bupati Tuban di usia 29 tahun. Dan tidak kalah menarik Bupati Inrdragiri Hulu Povinsi Riau dilantik saat masih usia 28 tahun seorang perempuan dengan nama Rezita Meylani Yopi. 

Kesempatan anak muda untuk menjadi pejabat publik dan memimpin kabupaten kota, provinsi atau bahkan presiden, haruslah disambut positif mengingat anak muda saat ini beda dengan anak muda 30 tahun silam, mereka lebih aduhai baik dalam hal kepemimpinan atau finansial.

Seiring dengan usianya yang masih muda dan belum cukup berpengalaman, maka perlu ada pendampingan dan kontrol yang kuat agar mampu memimpin dengan baik. Anak muda memiliki peluang lebih banyak, untuk memperbaiki kesalahan dan meningkatkan prestasi.

Memang saatnya anak muda tampil di atas panggung dan menjadi pengendali pena kekuasaan, agar bangsa ini bisa mengikuti ritme perkembangan zaman. Harapannya anak muda yang menjadi pemimpin tidak begitu meninggalkan tradisi atau warisan leluhur, masih banyak generasi tua yang sekarang masih menjadi penghuni bumi Nusantara. Kita berharap banyak kepada anak muda untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan berkelas, sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, karena anak mudalah yang mampu mengejar ketertinggalan, anak mudalah yang mampu masuk dalam lorong waktu dengan piranti teknologi yang dikuasai. Semoga Indonesia sebagaimana yang dicita-citakan para pendiri mampu mewujudkan Panca Sila bagi seluruh rakyatnya, mulai dari Bertuhanan Yang Maha Esa, Berkemanusiaan Yang Adil dan beradab,  persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun