Teman kantor berserita, baru saja bersih-bersih rumah, semakin diteliti semakin tampak hotoran, semakin dibersihkan yang kotor semakin jelas, padahal selama ini pemandangan  di susut-sudut rumah, di atas, di dinding dan lainnya tampaklah biasa-biasa saja, tidak begitu kator meski tidak bisa disebut bersih dan kinclong.
Menggunakan alat pel basah, memudahkan membersihakn debu yang nempel dan langsung kelihatan mengkilap, semakin membedakan antara ruang yang sudah dibersihkan dan sisi kotoran yang terlewatkan.
Itylah gambaran hati, semikin dibersihan melalui taubat (penyesalan dan jabji tidak mengulangi) semakin tampak kelamnya hati, bintik-bintik hitam semakin terlihat banyak, padahal ketika belum diniatkan dibersihkan, ya hati tidak ada masalah, tampak biasa saja dan sepertinya sehat.Â
cermin yang dibersihkan, tampaklah debu-debu yang lengket, sangan bandel sulit dibersihan, padahal ketika belum diberihkan cermin tambah terang  dan tidak ada tanda-tanda yang tampak adanya kotoran.
Sering-seringlah membersihan cermin, seperti hati yang harus dientas dari kelamnya kotoran dosa dan kealahan. Agar bisa dibuat bercermin, sebagai lentera penyuluh jalan panjang menuju Tuhan.
Jangan biarkan hati kita semakin kelam dan tertutup oleh nista dari dosa yang dilakukan. Bercermin diri dari cara membersihkan cermin itulah sejati hati harus dibersihkan agar mampu memberi sinyal kuat dalam membisikkan sesuatu untuk keselamatan manusia.Â
Merawat Cermin Seperti Merawat Hati
Oleh : Hamim Thohari Majdi
Lumajang, 20 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H