Penyalah gunaan hasil amal bukanlah hal yang baru, kasus kecil yang sering terjadi adalah mereka meminta menggunakan sarana dengan cara mengamen, ada juga untuk mendapatkan perhatian rasa iba dengan membawa anak kecil, konsi sakit, bahkan pada akhir tahun 90-an dengan bermain sandiwara seakan-akan kami usai diamputasi, atau seakan menyandang tuna daksa, kasausu terakhir ini menjadi banyak yang menahan napas, e... ternyata ketika ada operasi penertipan gelendangan dan pengemis (gepeng), mereka spontan lari sekuat-kuatnya, untuk mengihindar dari penangkapan petugas.
Kalu mau diperhatikan secara seksama, beberpa orang yang profesinya meminta-minta, bukanlah mereka dari kalangan orang yang tidak punya (miskin), bahkan para peminta-minta justru lebih kaya daripada yang memberi, mereka mimiliki sawah, sapi atau kampung di kampung halamannya.
penggalangan donasi untuk pembangunan atau perbaikan sarana ibadah, sudah mulai menjadi topeng dan pemainnya menjalananya dengan penuh kenikmatan
Secara pribadi, saya tetap memberi donasi, meski hanya seribu rupiah, tanpa menaruh rasa curiga, karena beramal bagi saya adalah urusan pribadi, mengasah kepedulian, tentang penyalah gunaan itu urusan mereka.
Kecuali penggalan dana melalui media masa, jarang sekali karena di samping tidak diketahui kebenarannya, juga proses harus tranfer dan lainnya menjadikan saya enggan. Namun yang jelas ketika ada seseorang yang meinta secara langsung baik ketika di rumah atau berda di jalanan, saya selalu menyiapkan uang, karena saya meyakini sikap empati adalah hubungan pribadi dengan Ilahi, ada keberkahan atau balasan kepada diri sendiri.Â
Tetaplah sya beramal, karena beramal adalah cara terbaik untuk membentengi diri agar terselamatkan dalam kehidupan mulai dari penghalang yanga kecil hingga besar, dengan begitu saya lebih puas memberi kepada para peminta,meski sedikit dan merasakan kepuasan atas apa yang saya lakukan. Sehingga jiwa kita menjadi tenag dan bercaya berarti selalu dalam kebahagiaan dan esehateraan serta kelimpahanÂ
Beramal Tanpa Menaruh Ras Curiga Supaya Hati Bercahaya
Oleh : Hamim Thohari Majdi
Lumajang, 29 Maret 2024
Hamim Thohari Majdi @Surplus