Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Motivasi Kerja antara Berbalas Upeti Bisa Berbalas Budi

11 Maret 2024   21:15 Diperbarui: 11 Maret 2024   21:18 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa kalj saya amati, para anak-muda badan tegap paras cantik dan tampan, sigap dan siap sejurus kilat membersihkan meja saji dan lantai yang terlihat kotor akibat ulah pengunjung yang kurang hati-hati.

Pada kesempatan lain, diawal resto atau toserba buka, saya mendapati para pramu niaga dan pranusaji membersihkan area kerja dan peralatan kerja serta obyek kerja, padahal marih tampak bersih dan rapi, karena sebekum meninggalkan tempat kerja mereka sudah berbenah dan merapikan.

Anak-anak muda entah sebagai pramuniaga, pramusaji atau office boy dan sejenisnya, tampak memiliki standart operasional prosesur (SOP) yang harus dipatuhi dan dilakukan setiap kali berada dalam lingkup pekerjaannya.

Awalnya saya berkesimpulan, bahwa mereka sigap dan bekerja dengan cermat sesuai prosedur, karena ada yang mengawasi dan menilai, ada atasan yang setiap saat melakukan rekomendasi dari para supwrvisor atau sejenisnya.

Beberapa pekerja memberi respon yang berbeda tentang motivasi kerja, ada sebagian kecil mereka menjawab karena ada yang mengawasi dan situasi kerja yang sudah memiliki sistem, yang mengejutkan adalah sebagian besar mereka menyatakan, karena "digaji" alias dapat uang,  inilah yang membuat mereka giat,  disiplin meaki tanpa diulang perintahnya atau tanpa pengawasan langsung.

Namun, sikap para pemuda sebagian besar ketika berada di rumah berbalik seratus delapan puluh derajat. Ketika keadaan rumah kotor mereka kurang pesuli, usai makan piring dan kawan-kawannya ditinggal tergeletak di meja makan, dan sangat ironis lagi ketika diingatkan oleh orang tua ada yang  "cuek bebek", bahkan ada yang berani menolak perintah orang tuanya.

Mereka yang kurang peduli dengan keadaan di rumah dan berani menolak perintah orang tuanya, karena orang tua tidak setega supervisor atau atasan tempat kerja, di tempat kerja berada dalam hubungan hirarkhi atasan dan bawahan, pekerja dengan pemilik perusahaan. Padahal di rumah hubungannya adalah hubungan kekeluargaan, balas budi dengan orang tua, yang mengandung, mengasuh dan membesarkan tanpa ada perhitungan materi dan berharap upeti. 

Nyatanya, mereka lebih memiliki kedekatan emosial ketika berada di tempat kerja daripada dalam lingkup keluarga atau di rumah. 

Menjadi penting diperhatikan bahwa urusan dan hubungan kekeluargaan adalah langgeng sifatnya tak terputus oleh rung dan waktu, tuhas para yang muda adalah berbalas budi dengan para tetua, jasa merka tak pernah usai ketuka dikruskan dengan rupiah, karena ada hal-hal bedsifat imaterial dalam pengasuhan

Tak selamanya motibasi kerja karena materi atau balasan upeti mengalahkan partisipasinya dalam rumah tangga yang bersandar kepada balas budi. Di erasl sekarang balasan yang materiil atau yang tampak dapat cash back yang mampu meningkatkan motivasi kerja karena ukurannya jelas begitu pula nilainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun