Beberapa hari lalu ada pesan masuk melalui WhatshApp "bapak selamat pagi, Â besuk malam teman-teman ke rumah bapak", awalnya saya menganggap bahwa ini adalah pesan biasa dan sebagaimana biasanya mereka berkunjung ke rumah.
Namun kali ini agak istemewa, saya merasakan kerinduan kepada mereka semenjak membaca pesan sing itu, terbayang wajahnya satu persatu dan bagaiaman mereka ketika dirundung sedih atau sedang tertawa lepas "kami ingin tertawa  bersama"  kalimat itu yang membuatku teringat akan banyak hal dari perjumpaan dan berkumpul selama dua tahun.
Sejak pagi saya sudah menyiapkan diri, bahkan ada giat menghadap orang penting pun saya rela izin tidak turut serta, apalagi pertemuannya hampir bersamaan, sebelum isya' ya" yang satunya :jam 7 malam lho", tak mungkin diri ini terbelah dan membagi jiwa di tempat lain, sementara raganya ada di rumah.
salah satu dari mereka mengingatkan melalu pesan video :bapak tidak perlu menyiapkan apapun, kami semua yang menyediakan" semakin penasaran dan semakin kenangan-kenangan waktu akan bersama.
Usai adzan isya' tampal mobil hitam di depan rumah mematikan mesinnya, "pasti mereka" gumanaku sambil penyakinkan istri bahwa yang ditunggu sudah datang.
mereka membawa nasi jagung, patin dimasak asem dan ikan asap yang berada di cobek berenag dengan sambal; , sambil ngobrol dari satu tema ke tema lainnya kami makan sesuai memori kebersamaan itu.
Menurut mereka, "kangen sama bapak, terlebih ketika makan bareng lalu tertawa bareng, seru kan", jalonan persaudaraan telah dieratkan dengan kesabaran dan kepedulian, kasih dan sayang. kemudian membekas dalam ruang kesadaran dan keindahan, sehingga rindu untuk mengenang. betapa persaudaran yang dibalut dengan rasa kasih sayang maka kemesraan itu tak kan pernah berlalu.Â
Memetik Buah Persahabatan dan Merajut Rasa Persaudaran
Oleh : Hamim Thohari Majdi
Lumajang, 28 Pebruaari 2024