Di suatu hari ada dialog kecil sepasang suami isteri, selepas melakukan konsultasi dengan dokter spisialis jantung, karena tekanan darahnya hampir dua ratus (200), dahsyat memang, tak terpikirkan sebelumnya, hingga membuat sedikit gundah. diberilah obat untuk tiga puluh hari (sebulan) dengan tiga macam obat.
Perihal obat tidaklah menjadi masalah, manya obat ya untuk menyembuhkan. Dalam sesi konsultasi dokter menyampaikan larangan atau pantangan makanan dan minuman, lebih tepatnya saya menyatakan saran untuk dihindari. hal pertama yang disebut adalah kopi, saya bertanya "bukankah kopi biasanya diminum untuk menghilangkan pening dan katuk, dok", selaku orang awam dan melihat banyaknya pecandu kopi, lebih baik tidak makan dari pada tidak "ngopi" yang mengisyaratkan begitu pentingnya kopi dalam mempertahankan kelangsungan hidup.
Dokter tidak menanggapi atau mengomentari pertanyaan saya, bahkan beliau menegaskan "kopi baik untuk menstabilkan tekanan darah, begitu juga untuk kesehatan jantung", Â jawaban ini membuat saya senang dan berharap nantinya boleh minum kopi, lalu dokter memperingatkan "yang membuat kopi tidak baik untuk kesehatan, karena dicampur gula", wauuu, aku terperangah dengan penjelasan dokter kali ini, sebab kalau kopi yang dihidangkan untukku tidak manis, ada saja komentarku kepada penyajinya, sering menyalahkan gulanya yang kurang atau kopinya terlalu banyak.Â
Hari ini banyak penggemar kopi murni, tanpa gula, hingga tampaklah hidangan wedang kopi di meja dengan menggunakan gelas mungil, atau tempat penyajian kopi khusus yang tidak begitu besar seperti gelas kopi pada umumnya. berati nikmatnya kopi ada pada pahitnya, kemurnian tanpa campuran membuat kopi perkasa.
Namun tidak seperti hati, hitamnya hati menunjukkan banyaknya masalah, penuh kegundahan, pahitnya hati mengandung kegetiran, kesedihan dan kepedihan hidup, berarti perlu solusi, adakah kolerasinya dengan kopi? upss, sabar dulu, ingat pesan dokter, bukan menjadikan kopi sebagai gaya hidup, memilih kopi sembarangan, kopi asli tanpa tambahan bahan yang bertentangan dengan kodratnya.Â
Memang bukan pilihan antara pahitnya hati dengan pahitnya kopi, hitamnya hati dengan hitamnya kopi. janganlah membuat hati hitam, karena kopi memang dihitamnya agar terasa aromanya dan bisa dinikmati. hitamnya hati membuat pemiliknya kalang kabut, ruwet dan  mumet.
Hitamnya kopi tidak bisa dibeningkan, pun toh bila dibeningkan akan membuat namanya berubah dan berbeda jati dirinya, namun hitamnya hati justru membuat jati diri seseorang berubah terlihat sangat, buas dan liar, sehingga hitamnya hati perlu dikurangi dibersihkan perlahan tanpa harus melukai, isilah sebanyak mungkin air telaga kesyukuran, hingga membuat diri merasa berharga dan memiliki apa yang diberikan sebagai karunia Tuhan, basuh pula hati dengan embun kesabaran, sehingga ritmenya menyesuaikan harmini suara alam, tidak dag dig dug tanpa tangga nada, kesabaran yang mengantarkan kepada ketenangan, karenan yakin setiap usaha akan sampai pada tujuan dan memetik hasilnya, kesabaran menuntun langkah tahap demi tahap, sehingga motivasi dan semangat hidup  tetap konstan.Â
Jangan pernah mencoba mengusir hitamnya hati dengan hitamnya kopi, memaniskan hati dengan manisnya kopi, bagi yang belum siap jangan mencoba menikmati kopi murni, meski akan memurnikan hati, pahitnya kopi... itulah sejatinya kopi. bikin hidup lebih hidup
Kopi Hitam Mengusir Hitamnya Hati
Oleh : Hamim Thohari Majdi