Idul Adha, hari ini telah berakhir umtuk penyembelihan hewan qurban, dan daging-dagingnya masih banyak yang teraimpat di lemari pendingin, sebagian dimasak untuk dimakan dalam waktu ke depan.Â
Sate dan Idul kurban adalah satuan yang tak terpisahkan dalam ritual masyarakat, apapun status sosialnya, tua muda bahkan anak-anak berlagak bak penjual sate menata arang menjadikan bara, meletakkan daging yang tertusuk, mengioasi dan membolak-balik agar tidak gosobg. Aroma begitu menggoda dan mengak berkelana dalam rasa, gurih dan manis. Bekum lagi harus berbilas kuah gulai, semakin asik berenang di tetes keringat, sebagian besar menyukainya.Â
Di meja makan, tidak ada arima apapun,  sepertinya tidak ada hidabgan makanan untuk makan siang, seakan tak ada harapan untuk  mengenyangkan perut kali ini.  Sambil menunggu tuan rumah mengajak makan dan membawa makanan untuk disantap, namun kedua tangannya hanua  ada air minum dan tisau, menjadikan lesu dan menggerutu.Â
"Wauwww... ada serundeng daging  dan manisa rebus" masakan andalan yang disukai oleh anak-anaknya. Semakin lahap makan nasi lauk serundeng dagung diberi sandingan manisa rebus berasa manis dan adem di perut, katanya bisa menurunkan tensi darang yang melangit.Â
Serundeng daging, gurih karena berbalut kelapa dan bumbu rempah-rempah, rasanya nendang di mulut dan membuat nambah nasi. Ternyata serundeng daging berasa makan  seperti orang lapar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H