Tit tut tit tut..... tanda kereta akan lewat palang penyeberangan mulai ditutup, para pengendara berhenti dan baris rapi. Â Tak butuh waktu lama antrian mulai memanjang di lajur kiri. Â Tiba-tiba di jalur kanan pengemudi bus sengaja mendekatkan kendaraannya persis di palang pintu.
Pemandangan sebagaimana tersebut dinatas sering didapati, aktor utamanya adalah bis. Lalu muncullah pertanyaan "mengapa harus bis yang memulai?", anehnya para pengemudi justru memasang wajah angker pertanda "ayo minggir, biarkan aku melaju terdepan".
Bus, disebut banyak orang sebagai raja jalanan, sering menyingkirkan pengendara laim, utamanya mobil-mobil penumpang dan motor. Merwka yang menantang berhadapan dipastikan ada bunyi klakson atau kode lampu. Sehingha membuat pengendara lain kecil nyali.
Kembali di lintasan kereta api, berebut terdepan, tanpa memikirkan pengendara lain, pun toh akhir bisa menyeberang, namun diawali dengan hujatan, menebar geram dan saling menarik napas dalam-dalam.
Tertib di lintasan kereta api merupakan cermin diri, bagaimana seseorang memandang orang lain begitu penting, sehingga berusaha untuk saling mempersilahkan untuk didahului, bukan saling serang untuk mendahului.
Disiplin di lintasan keretanapi kadang menyuguhkan hiburan tersendiri, menikmati wajah-wajah yang sedang antri, ada keegundahan, juga kegembiraan, ada ketergesaan juha perlahan-lahan. Belum lagi disuhugi pemandangan gerbong berwarna-warni, semuanya sangat bergantung dari suasana hati masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H