Semarak Ramadan semakin seru, menginjak pekan ketiga aktivitas Ramadan sudah mulai melebar menyiapkan lebaran (Hari Raya), pertokoan mulai ramai, pasar-pasar berdesakan, jalanan sudah padat merayap.
Namun tak kalah penting menu buka puasa masih menjadi prioritas dalam buka puasa, apalagi beberapa daerah cuaca panas sehingga menguras keringat dan membuat lidah pahit, keringnya tenggorokan.
Waktu buka puasa selalu menjadi masa yang dinanti-nanti, sebagaimana Dalam Hadits Rasulullah bersabda "dua kebahagiaan bagi yang berpuasa. Pertama, Â ketika berbuka. Kedua ketika bertemu dengan Rabbnya".
Suka cita menyambut berbuka, sebagian besar menjadikan meja penuh dengan makanan dan minuman istimewa, sebagai hadiah atau penghargaan diri telah melaksanakan puasa. Bukan tentang mahal atau berkualitas, lebih kepada apa yang diinginkan atau makanan kesukaan. Ditunjang dengan bulan Ramadan bermunculan penjual makanan mulai dari jaman pra kemerdekaan hingga masa milenial serta makanan masa depan.
Bagi sebagian orang, tidak ada kerupuk serasa ada sesuatu yang hilang, belum sempurna. Kerupuk menjadikan pelengkap bahagia selera nusantara.
Ada seorang kawan yang tinggal di daerah pesisir, biasa menyantap ikan laut. Sayur mayur tidak begitu disukai dan krupuk baginya adalah camilan tanpa ada sangkut paut dengan ritual permakanan. Setelah beberapa tahun pindah dan bertempat tinggal di daerah pegunungan, sajian makan didominasi sayur mayur plus tempe, tahu dan krupuk.Â
 Ia membiasakan diri melahap sayuran, namun belum membuatnya menambah kelezatan, karena menyadari betapa pentingnya asupan sayuran, ia selalu berusaha untuk menyantapnya, sekali  lagi kalah dengan kebiasaan makan hanya dengan ikan  laut yang gede hampir menutupi piring.Â
Begitu halnya dengan krupuk, ia berharap ingin seperti yang lain bisa makan dengan selingan renyahnya krupuk. bahkan ada yang menyebut krupuk "pengeras" karena mengeluarkan bunyi keras ketika digigit "kriuukkk". Dari awal sudah membuka krupuk dalam plastik diletakkan di samping piring, menu buka hari itu adalah pepes ikan salem dengan lahap ia menyantapnya, bahkan sayur asem kangkung tidak dijamah, sampailah piring menjadi kosong, ritual makan usai, "haa... krupuk... " lupa sama sekali tidak disentuh, maka krupuk dimakan sebagai cemilan.
Apapun yang terjadi dan pengalaman demi pengalaman perseorangan, krupuk menjadi teman setia makan, begitu halnya dengan menu buka puasa dan sahur selalu tampil di pelataran meja makan, semarak Ramadan jangan lupakan krupuk, tanpa krupuk  keceriaan makan belum sempurna. Krupuk rasakan nikmatnya, nikmati suaranya.Â