Pandang mata  memiliki makna penting hadirnya sebuah rasa, menghadirkan kebenciaan dan cercaan,  juga kekaguman dan pujian. Pandang mata muasal hadirnya cinta, seperti beribahasa "dari mana datangnya linta dari sawah turun ke kali. dari mana datangnya cinta dari mata turun ke hati"
Begitu adanya peran peting pandang mata, sehingga dalam kitab Kifayatul Akyar bab Nikah, ada bahasan tersendiri, hal ini bisa dimaknai bahwa untuk mengendalikan hasrat seksual atau keinginan untuk menikah karena adanya keteratrikan dari lawan jenisnya, baik pria kepada perempuan ataupun sebaliknya perempuan kepada pria.
Menurut yaikh Abu Syujak, pandang seorang lelaki kepada seorang perempuan ada tujuh macamnya
1. Pandangan Lelaki kepada perempuan asing tanpa hajat
Lelaki dan perempuan yang dimaksud di sini adalah keduanya sudah masuk dewasa atau baligh. Pada bagian yang pertama ini memandang tanpa tujuan apapun, sangatlah tidak diperbolehkan. Artinya tidak boleh melakukan iseng memandangi lawan jenisnya, karena bisa berakibat fitnah dan timbulnya syahwat.
Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nur ayat 30, artinya :
"Hai Muhammad! katakanlah kepada orang-orang yang beriman, agar mereka memejamkan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka"
Awalnya penetapan hukum tidak boleh memandang ini hanya berlaku bagi yang sudah baligh, namun dalam buku Kifayatul Akhyar  dibahas pula tentang pandangan anak kecil yang disebut dengan murahiq atau belum baligh, sehingga kewajiban perempuan menutup aurat di hadapan anak kecil sama halnya kewajibannya terhadap orang gila.Â
Pada zaman dahulu dikenal dengan lelaki yang dikebiri (dilemahkan syahwatnya), baginya boleh melihat perempuan asing, seperti  memandang mahramnya.  sebagaimana tersebut dalam surat an-Nur ayat 31, "... atau para pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita..". Menurut Imam Nawawi  ayat ini ditujukan untuk orang yang akalnya sudah lupa, tidak memperdulikan adanya perempuan atau sudah tidak mempunyai keinginan kepada perempuan.
2. Memandang isterinya sendiri dan amahnya