Datangnya badai yang menghantam rumah tangga bukanlah tanpa sebab, seperti asap pasti ada api. Maka tengoklah ke belakang apa yang menjadi sebab, tujuannya adalah melakukan intropeksi menilik celah-celah komunikasi yang terbangun dalam rumah tangga.
Selebar apa nganga yang ada, mungkinkah ngaga itu dipersempit bahkan dihilangkan, sangatlah bergantung dari kehendak suami isteri, inilah yang sangat berpengaruh terhadap langkah-langkah yang akan ditetapkan untuk dilaksanakan.
AMBIL SELIMUT
Salah satu langkah yang harus dilakukan oleh pasangan suami isteri ketika badai menerjang rumah tangga adalah mengambil selimut, untuk menutup pori-pori yang bisa menyebabkan masuk angin.Â
Cukup satu selimut saja, bersatulah dalam selimut untuk saling menghangatkan, memberi kekuatan rasa untuk menghilangkan gigil dari ikatan suci perkawinan.
Ingat pernyataan "selimut tetangga lebih hangat" , hanya berlaku bagi pasangan yang tidak bisa menikmati selimutnya sendiri. Terlalu lama menengok selimut-selimut yang ada di luar rumah, semakin mengurangi dan mengecilkan apa yang dimiliki.
Dogma agama menegaskan "Isterimu adalah selimutmu, dan kamu adalah selimut bagi mereka", bukan berarti masing-masing berselimut sendiri, namun harus saling menyelimuti.
Kontek selimut di atas bisa diartikan secara fisik (tekstual) yaitu helai kain tebal yang bisa menghangatkan badan, agar tubuh dalam keadaan stabil, tidak kedinginan. Hangatnya selimut mampu menjadikan aliran darah lancar, otot-otot bisa rileks. Sedangkan selimut dalam makna yang tersirat (kontekstual) adalah memberi kehangatan fisik dan psikologis, menjaga badan dari dinginnya cuaca dan menjaga hati dari  keraguan dan ketakutan.
Maka selimut adalah menjaga kehormatan dan martabat masing-masing pasangan, ambil dan kenakan selimut bila badai menyerang dan tetap mengiginkan keutuhan rumah tangga.
JANGAN SEGERA LEMPAR HANDUK