Era digital melahirkan dunia baru yang bernama dunia maya, sebagaimana maknanya "maya" hanya tampaknya ada, tetapi nyatanya tidak ada. tampak di layar monitor tetapi tidak tahu secara nyata apakah ada atau fiktif. sehingga sulit didetiksi keaslian dan keakuratannya.
Seperti halnya aksi kemanusiaan dan pengumpulan donasi yang dilakukan secara virtual, penerima dan pemberi tidak sedang berhadapan langsung. Namun nyatanya banyak yang tertarik untuk berdonasi. Kabar buruknya bahwa ada beberapa pengumpulan donasi tidak sesuai dengan tujuan, padahal hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Pengemis online mengalami puncaknya ketika virus covid-19 sedang mewabah di Indonesia. sebagaimana dilansir katadata.co.id "sejak pandemi corona masuk di Indonesia, pengemis online marak beredar di media sosial", betapa akibat corona  banyak terjadi PHK dijadikan alasan untuk mengemis online.
NIKMATNYA MENGEMIS ONLINE
Seru memang menelusuri dunia maya, terbawa halusinasi dan mampu menguras emosi terhadap hal-hal atau seseorang yang dirundung duka. Maka wajarlah bila seseorang langsung berempati memberi bantuan, tanpa harus melakukan lacak jejak kepada penerimaya.
Begitu pula pelaku yang sedang mengemis online tidak perlu menampakkan diri, bahkan bisa memampang gambar orang lain atau situasi yang penuh haru biru untuk memberikan gambaran tentang suasana yang membutuhkan pertolongan.Â
Para pengemis online tidak perlu malu karena tidak berhadap-hadapan dengan pemberi, atau tidak sedang bertemu muka dengan seseorang yang sedang diratapi. Begitu nikmat menjalani profesi sebagai pengemis online, mengemis tanpa harus menjual muka.
MEWASPADAI MODUS MEMBERI BANTUAN
di samping mengharap uluran tangan, di sisi lain terdapat modus mengemis online dengan dalih "memberi bantuan" apalagi mencatut nama pejabat publik yang memiliki pengaruh kuat.Â