Tampaknya kegiatan literasi inilah terus digelorakan karena nyawa besar sastra harus dibukukan, sedang pementasan adalah bagian dari seni gerak dan peran yang ditujukan untuk menghibur diri dan berkreasi menangkap tanda-tanda  zaman dan keadaan.
Pada seni pertunjukan inilah  semuanya bisa diekspresikan, semua bisa mengambil peran untuk mengasah kepedulian dan kehalusan jiwa. Dalam bingkai anggota, kegiatan ini paling disenangi bahkan telah pentas beberapa kali di Jogjakarta, semarang, Surabaya Situbondo dan beberapa even sastra lainnya.
Seiring dengan upaya menjadi komunitas yang legal, maka dibuatlah akta notaris agar berbadan hukum, awalnya Gatra kepanjangannya Graha Sastra, karena dalam akta notaris nama komunitas, perkumpulan atau organisasi minimal tiga kata, maka dilengkapilah Gatra dengan kepanjangan Graha Sastra dan Budaya.
Mengingat gatra Lumajang sangatlah mudah, akhir tahun 2021 Lumajang menjadi viral dan banyak dikunjungi dari berbagai sudut kota nusantara bahkan luar negeri, karena Semeru bererupsi, Gatra Lumajang hadir di tengah para pengungsi menggelar simpati dan empati, serta tidak melupakan kompetensinya yaitu melakukan healing dengan seni pertunjukan bekerjasama dengan penyintas seni dari Jogjakarta, surabaya dan lainnya untuk menghibur dan menguras trauma para pengungsi.
Gatra Lumajang tumbuh bersama komunitas sastra dan budaya Lumajang saling mengisi dan menguatkan di antaranya RAKA, Sanggar seni ayu langgeng dan lainnya , begitu pula dengan pegiat di luar sastra, kegiatan kemanusiaan seperti semut Hitam, Pejuang Hore.
Gatra Lumajang rutin on air, sastra di udara di Radio Suara Lumajang setiap bulan di pekan ketiga, sebagai bentuk kepedulian untuk menggugah dan menyebar virus sastra, serta kerjasama dengan berbagai instansi di antaranya Poles Lumajang, BNN Lumajang, Dinas Pendidikan, Cabang dinas Pendidikan, Dinas pariwisata, Dinas Pemuda dan olah raga. Karena kerjasa sama dan bersama-sama adalah bagian dari nadi kehidupan Gatra Lumajang.
Di usaianya lima tahun hari ini Sabtu 2022 bertekat mengepakkan sayapnya lebih luas menjangkau Nusantara, Gatra Lumajang untuk Indonesia, bagimu negeri kami berbakti. Bersama SAUGA (sahabat Gatra) terus mengisi lembar demi lembar prestasi kebaikan dan menyajikan kebaikan hingga di ujung masa.
Maka istilah pendhak yang diidentikkan dengan peringatan kematin seseorang diadopsi oleh Gratra Lumajang kemudian diadaptasikan sebagai ruh kebangkitan dari kematian, mati suri dan  ketidak sadaran, oleh karenanya Gatra Lumajang lahir dari sebuah kegelisahan para pegiat dan penikmat sastra, semoga Gatra Lumajang semakin elegan dalam memberikan hiburan dan pendewasaan sastra dari bumi Aryawiraraja menuju Indonesia.
Selamat Pendhak Limo Gatra,