Pertandingan sepak bola Arema vs Persebaya, menjadi kebanggaan tuan rumah karena lawan tanding tidak disertai bonek. Sebaliknya hal ini menjadi beban berat klub tamu. Tuan rumah.menjadi meninggi harga dirinya dan merasa di atas angin.Â
HARGA MATI
Ketika harga diri direndahkan bahkan merasa terinjak, maka suporter harus mengembalikan berkurangnya harga diri bahkan sebagai sebuah keharusan untuk meletakkan dalam tempat yang lebih tinggi. Peristiwa kelam Kanjuruan merengut jiwa 127 meninggal dunia dan 180 dalam perawatann, Â patut bersama-sama menanyakan dalam alam pikir masing-masing dalam kalbu paling dalam, adakah kematian itu berkaitan dengan perjuangan untuk sebuah harga diri?
Tampaknya para suporter kurang puas, kalau tidak boleh disebut secara sarkas tidak puas dan tidak rela tim kesayangan dipermalukan oleh tamu di rumah sendiri dan di depan mata para penggemar dan pemujanya.
Sejak awal para suporter siap untuk konvoi merayakan pesta kemenangan, sebagaimana yang dilakukan selama 23 tahun, Arema main di kandang sendiri berakhir manis dan membawa kemenangan. Kali ini Para suporter tidak menangkap adanya tanda-tanda kekalahan, walaupun pasukan polisi mengawal klub yang hendak tanding  menuju stadion seperti barisan perang dengan pengawalan ekstra, di jalan-jalan tertangkap aroma perang dan dalam hati berguman "wajah sepak bola harusnya menghadirkan suasana gembira dan menghibur, tapi mengapa harus dikawal sedemikian rupa seperti ada kegawatan sejenis pengamanan penjinak bom"Â
Tidak siap kalah, inilah pertahanan mental juara yang selalu unggul, orang yang berada di atas sangat trauma dan kaget bila tiba-tiba harus turun peringkat. Sederajat dengan turunnya harga diri.
Harga diri yang tidak mampu adaptasi dengan situasi melahirkan harga mati "pokok'e".Â
KARENA BERSAMA
Orang-orang yang takut bila didampingi menjadikan mereka berani, walaupun berteman sesama penakut, karena inti yang dibutuhkan agar keluar dari rasa ketakutan adalah teman sekadar mendampingi tindakan atas apa yang telah diputuskan.
Tragedi Kanjuruan dalam sisi psikologi masa, bukanlah semata-mata karena mempertahankan sebuah harga diri dan merujung harga mati, kekecewaan aremania secara emosional tidaklah langsung anarkis atau bersepakat untuk menuntut dan melampiaskan amarahnya. Hanya karena ada yang mulai, tanpa ada pengerahan dan pengkondisian diawal, spontanitas melihat beberapa suporter kemudian diikuti oleh banyak suporter dan akhirnya menjadi masa, semakin berani brutal dan tak terkendalikan, nyatanya amarah juga dilampiaskan kepada para pemain arema, bjkan fokus kepada tim tamu yaitu Persebaya
Pelajaran berharga dari peristiwa Kanjuruan salah satunya harus menciptakan suporter yang cerdas, bisa beradaptasi dalam berbagai suasana. PSSI sebagai induk organisasi persepak bolaan nasional harus memberikan ruang perawatan kesadaran suporter dalam area yang lebih luas, manajemen klub memberikan edukasi fanatisme yang dewasa dan  melek bukan buta, melihat hanya kebenaran dalam diri yang ada. Pemerintah daerah sebagai pembina atau pemilik klub yang menaungi wajib memberikan literasi persepak bolaan menuju sehat (olah raga) gembira (hiburan dan rekreasi).Â