Anak pendiam, tidak banyak tingkah dan penurut adalah dambaan bagi orang tua. Bahkan orang tua dengan seribu cara berusaha membuat anaknya diam. Salahkah orang tua seperti itu?
Pada sisi lain, anak banyak tingkah, tidak bisa diam dalam waktu lama, ada saja yang dikerjakan. Selalu bikin ulah dan "masalah" adalah anak yang membuat pusing dan gelisah orang tua. Kekhawatiran orang tua atas tingkah laku anaknya apakah salah?
Dua fenomena di atas adalah realitas yang terjadi di tengah masyarakat. Orang tua memiliki persepsi dan perlakuan terhadap aksi-aksi anaknya. Â Hal ini bergantung dari latar pendidikan dan pengalamannya.Â
Namun yang selalu dihebohkan adalah anak yang memiliki cadangan energi melebihi batas kenormalan. Sehingga harus memberi perhatian khusus bagi mereka. Parahnya, ada yang menganggapnya sebagai penyakit dan masalah sosial atau abnormal.
HAMBATAN BELAJAR
Anak yang sulit diam biasanya mengalami hambatan dalam belajar, kurang bisa fokus dan duduk dalam waktu lama, membuat anak ini selalu gelisah, karena energinya terpusat pada otot, bukan di otak.Â
Di rumah atau di kelas, mereka mengganggu saudara dan teman, karenan tingkahnya. Walau misal mereka tidak banyak pergerakan, tetap mempengaruhi konsentrasi yang lain.Â
Bagi orang tua atau guru yang tidak memahami kompetensi anak, akan memandang dari sisi negatifnya, sebagai anak bermasalah. Inilah sebenarnya biang yang harus diusir, diputus mata rantai agar tidak menjalar ke mana-mana.
Pandangan dari sisi negatif, membuat perlakuan yang tidak sesuai dengan kondisi anak. Seperti seorang dokter bila salah melakukan diagnosa, akan berakibat pada pemberian obat yang tidak dibutuhkan atau bahkan bertolak belakang.
Jadi hambatan belajar bagi anak yang banyak tingkah, semakin menjadi-jadi kalau lingkungannya tidak ramah, tapi suka marah-ramah. Membuat anak semakin ogah.