Masa kehamilan adalah masa kegembiraan bagi suami istri, sebagai pertanda akan memiliki keturunan dan buah hati yang bisa menghadirkan senyum dan tawa. Ada yang melintas bagi pasangan suami istri ketika sedang hamil, mereka menganggapnya sebuah mitos, hal yang terlalu mengada-ada, tidak rasional.
Kenyataannya, mitos masih tetap diyakini generasi milenial, didukung oleh keyakinan turun temurun dari nenek moyang k yang kerap diceritakan dan ditularkan hingga menjadi seakan-akan benar adanya.
Tentu saja mitos sebagaimana di atas akan menjadi salah satu hal yang perlu disamakan persepsi antara suami dan istri serta keluarga besar, sehingga proses kehamilan tidak ada yang ditakuti dan berjalan lancar serta lahir normal.
KEDEWASAAN ORTU
Seperti halnya syarat menikah yaitu dewasa, maka salah satu bukti kedewasaan adalah kesiapan untuk menghadapi hal-hal yang timbul dari efek berumah tangga, salah satunya adalah masa kehamilan istri. Masa beralihnya dari bulan madu  menuju bulan persiapan menjadi orang tua.
Tanda awal yang tampak kehamilan seseorang adalah muntah-muntah. Maka disini cinta mulai diuji kesetiaannya. Bagi pasangan suami istri yang mendambakan kehadiran buah hati, maka masa kehamilan adalah masa yang lebih menyenangkan setelah berbulan madu. Maka akan tertumpah kasih sayang suami kepada istri untuk memberi kehangatan si janin.
Bukankah dalam fakta kehidupan, ada beberapa pasangan suami istri ketika memasuki masa kehamilan belum siap? yang dilatari oleh kekurang dewasaan secara mental dan kekurang mapanan finansial, sehingga kecemasan menjadi bunga hidupnya.
Meyakini  mitos yang berkembang baik yang didengungkan oleh masyarakat atau internal keluarga menjadi penguat untuk mengelak melakukan sesuatu yang lebih keras, rajin dan konsisten. Maklum masih belum dewasa, tentu belum tercipta kemandirian. Di antara mitosnya "jangan melakukan hal-hal yang jahat, tidak melakukan perjalanan jauh dan lainnya". Â
Ada sebagian orang ketika istri sedang mengandung, ia diam diri di rumah, walau secara finansial belumlah cukup. Karena meyakini perbuatannya akan bertampak kepada anak yang di kandungan, khawatir anaknya akan meniru laku orang tuanya yang tidak baik.