Coleman dan Hammen dalam Rahmat (1994) sebagaimana dikutip Alex Sobur, menyebutkan setidaknya ada empat fungsi emosi yaitu :
- Emosi adalah pembangkit (energizer), tanpa emosi kita tidak sadar atau mati. Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi kita; marah menggerakkan kita untuk menyerang, takut menggerakkan kita untuk lari, cinta mendorong untuk mendekat dan bermesraan.
- Pembawa informasi (messenger), bagaimana keadaaan kita dapat diketahui dari emosi kita; sedih berarti kita kehilangan sesuatu yang kita senangi, bahagia berarti berhasil memperoleh apa yang kita senangi, berhasil berarti menghindari hal yang kita benci.
- Emosi bukan saja membawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga membawa pesan dalam komunikasi interpersonal. Dalam retorika diketahui bahwa pembicaraan yang menyertakan seluruh emosi dalam pidato dipandang lebih hidup, lebih dinamis dan lebih meyakinkan.
- Emosi merupakan sumber informasi keberhasilan kita. Kita mendambakan kesehatan dan kita mengetahuinya ketika kita merasakan sehat wal afiat.
 Eksplorasi Emosi
Emosi memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, bahkan manusia tidak bisa hidup tanpa menghidupkan emosinya. Agar emosi memiliki daya guna perlu dieksplorasi sebagai kekayaan diri, artinya kehormatan dan kebahagiaan seseorang amat bergantung seberapa sering melakukan eksplorasi emosinya. Seperti menimba air di muara semakin jernih airnya.
Seperti yang dikatakan Rochelle (1986) emosi sendiri seperti rasa sayang, benci, gembira dan marah, tidak memaksa kita untuk bertingkah laku tertentu. Tetapi arti yang kita berikan kepada emosi itu dapat mengarahkan kita kepada tingkah laku tertentu. Hal yang sukar dalam emosi adalah membedakan berbagai emosi dan memberikan arti kepadanya
Lebih lanjut Rochelle (1986) mengaskan menemukan arti dari emosi-emosi kita merupakan kesibukan seumur hidup dan tidak jarang menuntut kerja keras. Sering kita tidak sadar bahwa sebelum kita menanggapi suatu emosi. Kita harus berpikir secara serius mengenai arti emosi tadi. Makin hebat emosi, makin sukar untuk membuat keputusan apakah kita akan mengungkapkan dan bagaimana cara mengungkapkannya.
Tridhonanto (2009) menyebut ada tiga faktor yang berpengaruh dalam mengeksplorasi emosi yaitu : lingkungan, pegasuhan dan pendidikan.
Pertama, faktor lingkungan. Seachter/Singer Theory (dalam Masumoto, 1993) Â sebagaimana dikutip Dayakisni dan Yuniardi (2008), bahwa pengalaman emosi bergantung pada interpretasi seseorang mengenai lingkungan di mana emosi itu dibangkitkan.Â
Merujuk pada teori ini, emosi tidak dibedakan physiologis. Sebaliknya apa yang penting dalam proses yang menghasilkan pengalaman emosi adalah bagaimana seseorang menginterpretasikan peristiwa-peristiwa di sekitar mereka.
Kedua, faktor pengasuhan, atau sering disebut pola asuh. Tidaklah dipungkiri bahwa karakter seseorang  sangatlah bergantung  bagaimana pola asuh yang didapatkan, anak-anak yang dibesarkan dengan sitem otoriter cenderung menjadi otoriter bahkan pendendam, anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis cenderung mampu bersimpati bahkan berempati serta menghargai orang lain (Tridhonantgo, 2009)
Ketiga, faktor pendidikan. Pendidikan di rumah ataupun di sekolah berperan penting dalam membangun kemampuan mengeksplorasi emosi. Di sekolah akan mendapatkan pendidikan secara terarah, sistematis dan terencana. Di rumah mendapatkan pendidikan secara informal baik melalui orang tua maupun media lain seperti televisi atau buku.Â
Keduanya menurut  Tridhonanto (2009) membekali dan membentuk  agar tumbuh secara seimbang baik dalam memehami aneka pengetahuan, bahkan mengungkapkan emosi dan perasaan.