Wisata pemikiran ke dimensi Eksistensialisme mengantarkanku bertemu dengan Soren Kierkegaard dan Jean Paul Sartre. Kata Sartre, eksistensi itu lebih dulu ada dibandingkan dengan esensi.Â
Maksudnya, manusia akan memiliki esensi jika ia telah eksis lebih dulu kemudian esensi tersebut akan muncul ketika manusia mati. Â lalu waktu membawaku pada pertemuan Albert Camus dengan keabsurdannya. Di tengah jalan, aku sempat istirahat di karyanya Franz Kafka, Die Verwandlung (Metamorfosis).Â
Dari karya yang diterjemahkan itulah aku pindah lagi ke kompleksitasan dimensi dimana, aku bertemu Gabriel Garcia Marquez yang dengan ketekunan jurnalismenya, membawa dirinya menjadi novelis bercorak realisme magis yang banyak menghadirkan permainan waktu, metafora, dan tema-tema politik. "Bertahun-tahun kemudian, saat ia menghadapi regu tembak, Kolonel Aureliano Buenda akan teringat sore yang jauh ketika ayahnya membawanya untuk menemukan es"Â (100 Tahun Kesunyian)
Sebenarnya gampang-gampang susah atau susah-susah gampang ketika kita ghibah tentang tema-tema seperti itu. Namun, jika kita belajar dasar-dasarnya, akan mudah memahami hal-hal tersebut. Mari kita kembali ke materi dasar ketika kita SD: Membaca, menulis, dan berhitung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI