Ternyata benar, setelah menikah dan memiliki tujuh anak, mereka dididik dengan tangannya sendiri. Buku digunakan oleh Haji Agus Salim sebagai media belajar dan bermain yang menyenangkan bagi anak-anknya. Ruang keluarga pun penuh dengan buku-buku babon. Sehingga tidak heran jika anak pertamanya, diusia belia sudah membaca buku detektif bahasa Belanda, anak kedua berusia 6 tahun sudah membaca buku mahabarata -- pun versi bahasa Belanda pula, dan kelima anak yang lainnya pun sama memiliki sejak kecil sudah memiliki budaya membaca yang tinggi. Berkat sejak kecil sudah gila baca inilah, anak-anak Haji Agus Salim tumbuh menjadi orang-orang hebat dan sukses.
Dari apa yang dilakukan Agus Salim bersama isterinya inilah, kita menjadi belajar bahwa untuk mengantarkan anak menjadi pribadi dewasa yang sempurna, tidak hanya bisa dilauan dengan menyekolahkan anaknya di sekolah formal yang mahal dan favorit. Namun lebih kepada bagaimana peran orang tua di dalam keluarga berperan sebagai guru utama. Selain itu, komitmen orang tua dalam menemani anak belajar pun juga menjadi kunci utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H