Mohon tunggu...
Mukhamad Hamid Samiaji
Mukhamad Hamid Samiaji Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Penulis, freelance, dan design grafis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Orangtua Wajib Tahu Empat Prinsip Mendidik Anak Versi Haji Agus Salim

3 Oktober 2023   11:00 Diperbarui: 3 Oktober 2023   11:04 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kiagoos Auliansyah

Sekitar tahun 1925, saat itu Mohamad Roem berkunjung ke rumahnya Haji Agus Salim, atau yang biasa dikenal dengan praktisi hebat bidang pendidikan, tokoh kenegarawanan, sekaligus sosok jenius yang menguasai sembilan bahasa. Saat itu Roem dikejutkan dengan sesuatu yang ajaib: Syauket, anak Haji Agus Salim yang baru berusia empat tahun sudah mahir berbicara bahasa Belanda tanpa terbata-bata. Padahal, Roem sendiri saat itu sudah duduk di bangku SMA, namun belum semahir anak itu. Selain itu, Roem juga dikejutkan oleh anak Agus Salim yang di usia belia ternyata sudah gila baca, bahkan melebihi minat baca anak usia SMA.

Kefasihan bahasa asing yang dikuasai anak Agus Salim ini juga menjadi tanda tanya bagi seorang wartawan dan aktivis sosial Belanda bernama Jef Last. Ia pernah bertanya, mengapa putra Agus Salim begitu fasih berbahasa Inggris, padahal ia tidak belajar di sekolah? Jawaban Agus Salim sederhana. "Apakah Anda pernah mendengar tentang seekor kuda yang belajar meringkik? Kuda-kuda tua meringkik sebelum anak-anak kuda ikut meringkik. Begitu pun saya, meringkik dalam bahasa Inggris dan putra saya juga meringkik dalam bahasa Inggris.

Setelah diselidiki, rupanya Agus Salim ini menerapkan sistem pendidikan "home schooling". Ide ini barangkali berangkat dari keuletannya membaca teori-teori perkembangan anak seperti Maria Montessori yang saat itu ramai diperbincangkan, khususnya oleh Bapak Pendidikan Nasional atau yang kita kenal dengan Ki Hajar Dewantara. Sehingga beliau tidak ingin melewatkan masa jenius kemampuan bahasa bocah-bocahnya melalui kegiatan home schooling nya. Sebab ia sangat meyakini salah satu pemikiran monumental Montessori tentang betapa pentingnya mengoptimalkan masa jenius bahasa anak yang dilihat dari segi kebermanfaatannya terhadap tumbuh kembang anak.

Saat menjalankan home schooling, Haji Agus Salim bersama isterinya tidak pernah lupa dengan prinsip yang selalu dipegang erat olehnya.

Pertama, Haji Agus Salim bersama isterinya tidak menentukan jam belajar dan bermain bagi anak-anaknya, namun setiap kali ada kesempatan ia manfaatkan untuk mendidiknya. Contohnya, saat anak-anaknya asyik bermain perahu kertas di rumah kontarakannya yang bocor. 

Di saat seperti itulah anak-anaknya bermain sambil belajar. Belajar membaca, menulis, berhitung, hingga belajar agama. Dalam mendidik anaknya, Haji Agus Salim juga lebih mendorong anak-anaknya untuk memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, memberikan alat untuk memuaskan keinginantahuan, dan mengenalkan anak ke dunia yang diminatinya. Dari poin pertama ini, kita menjadi tahu dan sadar bahwa peran orang tua bukan hanya sekadar mengajar tetapi juga sebagai pendamping dan pendidik dalam mengenalkan anak pada dunia luar, membentuk karakter anak, sekaligus mengantarkan anak menjadi pribadi dewasa.

Kedua, membiasakan sejak kecil anak-anaknya berbahasa Belanda. Sekalipun Haji Agus Salim seorang muslim, anak-anaknya tetap diajarkan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda menjadi bahasa kolonial saat itu. Cara yang digunakan pun cukup unik.

Sejak bayi, anak-anaknya sudah diajak bicara bahasa Belanda dan diajari menyanyi Belanda. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan inilah yang pada akhirnya Haji Agus Salim bersama isterinya berhasil mengantarkan anak-anaknya fasih berbahasa asing. Bahasa itu seakan diserap, diciptakan, dan dikuasai secara total oleh anak-anaknya. Istilahnya Montessori, penguasaan bahasa secara total dan ajaib ini dikenal dengan "fenomena eksplosif". Agus salim pun sadar perihal kejeniusan berbahasa anak-anaknya sehingga tidak menyia-nyiakan masa jenius bahasa itu, dengan mengajak anak-anaknya menggunakan berbagai bahasa asing internasional dalam kesehariannya.

 Ketiga, mengajarkan nasionalisme dan semangat kemerdekaan pada anaknya. Dari ruang keluarga anak-anaknya diajarakan untuk menyayi lagu-lagu nasional, seperti Indonesia raya dan lagu nasional lainnya. Kemampuan Haji Agus Salim di bidang kemiliteran pun ia tularkan pada anak-anaknya. Tujuannya agar anak menjadi seseorang yang kuat dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap bangsanya.

Keempat, menjadikan ruang keluarga sebagai perpustakaan keluarga. Hal yang pertama kali diminta Haji Agus Salim terhadap calon isterinya saat itu adalah meminta calon isterinya untuk sering membaca buku. Alasannya, kelak saat ia memiliki anak tidak akan menyekolahkan ke sekolah formal, ia akan didik dengan caranya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun