Mohon tunggu...
Mukhamad Hamid Samiaji
Mukhamad Hamid Samiaji Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Penulis, freelance, dan design grafis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Ketika Anak Memiliki Kepribadian Ganda

29 September 2023   11:00 Diperbarui: 29 September 2023   11:09 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: parapuan

Tidak seperti biasanya. Kali ini yang mengantar Alinka ke sekolah adalah ayahnya. Sesampainya di sekolah, ayah Alinka itu kemudian konsultasi pada psikolog yang ada di TK. Ia bercerita tentang apa yang dilakukan ibunya ke Alinka yang selalu mengekang alinka dengan cara memberikan makanan yang empat sehat lima sempurna. Namun Alinka sendiri tidak begitu suka dengan makanan yang selalu dijadwal sama ibunya dengan menu begitu-begitu saja. Rasanya pun juga hambar. Bukan hanya soal makanan, waktu bermain pun dibatasi. Alinka pun kadang suka membuang makanan dan menjadi trauma. Memilih diam di rumah agar tidak kena marah sama ibunya. 

Tapi, beda halnya saat Alinka di sekolah, ia aktif dan merasa bebas bermain-belajar bersama teman-temannya. Hanya saja satu hal yang terkadang kurang bisa di terima sama guru dan teman-teman yang ada di sekolah, sifat atau perilaku jengkel dan marah kepada temannya terkadang tidak bisa dikendalikan. Barangkali ini cerminan daribagaimana ibunya memperlakukannya di rumah. Dari sini kemudian ahli psikolog ini menyampaikan kepada ayah Alinka bahwa putrinya didiagnosa memiliki kepribadian ganda atau gangguan kepribadian.

Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah apa itu kepribadian ganda?

Gangguan kepribadian merupakan gangguan jiwa yang disebabkan oleh trauma mendalam yang terjadi pada masa kanak-kanak. Anak yang biasanya mengidap pengalaman traumatis yang cukup ekstrim dan berulang kali terjadi ini bisa mengakibatkan terbentuknya dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Seperti fenomena Alinka yang menunjukkan perilaku yang berbeda ketika di rumah dan sekolah misalnya. Setiap kepribadian ini dapat terbentuk dengan ingatan sendiri, kepercayaan, perilaku, pola piker, serta cara melihat lingkungan dan diri mereka sendiri.

Sigmund Freud dalam teori Psikoanalisa nya megungkapkan bahwa peristiwa trauma pada masa anak-anak berpeluang mengakibatkan gangguan kepribadian seseorang. Pada masa anak-anak itulah kepribadian mulai berkembang dan terbentuk. Saat terjadi pengalaman buruk, pengalaman demikian akan sebisa mungkin di repress (tekan) ke dalam alam bawah sadar. Namun ada beberapa peristiwa yang benar-benar tidak bisa di atasi oleh penderita, sehingga memaksanya untuk menciptakan sosok pribadi lainnya yang mampu menghadapi situasi.

Artinya saat anak memiliki keribadian ganda ini, ia juga akan mengalami perubahan cara pandang, baik tentang dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar. Anak yang memiliki kepribadian ganda ini bisa saja melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh anak yang memiliki kepribadian normal. Saat suatu kondisi memuncak, tanpa sadar si anak bisa membuat tindakan yang bisa membahayakan dirinya maupun orang lain. Atau sebuah kondisi dimana si anak tidak memiliki pilihan lain untuk melakukan tindakan di luar kebiasaan.

Hal semacam inilah yang biasa disebut dengan mekanisme pertahanan diri. Suatu sistem yang terbentuk saat seorang anak tidak dapat menghadapi kecemasan luar biasa. Kepribadian-kepribadian baru akan terus bermunculan apabila terjadi lagi suatu peristiwa yang tidak bisa di atasi. Dan, yang perlu digaris bawahi bahwa kepribadian baru ini tidak begitu saja mucul tetapi tergantung pada situasi yang dihadapi. 

Anak yang memiliki kepribadian ganda ini biasanya memiliki beberapa gejala seperti mengalami perasaan tidak nyata, merasa terpisah dengan diri sendiri, distorsi waktu, amnesia, sakit kepala, keinginan bunuh diri, depresi, cemas, dan perilaku menyakiti diri sendiri. Maka di sinilah kemudian menjadi penting bagaimana orang tua memperlakukan anak di dalam lingkungan keluarga. Jengan sampai kejadian semacam di atas terulang kembali.

Dari sini kemudian muncul pertanyaan lagi, apa yang bisa dilakukan orang tua ketika anaknya memiliki kepribadian ganda?

Sampai saat ini mungkin belum ada cara yang paling efektif untuk menyembuhkan penyakit demikian. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi orang tua untuk mengundang psikoterapi dalam rangka membantu anak untuk mengingat atau mengenali kondisi dirinya sendiri dan mampu mengarahkan kepada perilaku positif sehingga anak dengan sendirinya bisa mengetahui mana hal-hal yang pantas untuk dilakukan dan mana yang tidak. Terapi ini memang membutuhkan waktu yang tidak sedikit, namun cara ini bisa dilakukan untuk kebaikan si buah hatinya. Selain itu, orang tua juga bisa memperlakukan anak dengan ramah dan tidak terlalu mengekang harus ini dan itu. Hal ini dilakukan agar anak bebas bergerak sesuai dengan usai pertumbuhan dan perkembangannya. Perlakuan ramah ini juga dilakukan untuk meminimalisir atau mencegah kemunculan kepribadian anak yang terkadang tidak bisa terkontrol. Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun