Charade merah keluaran akhir tahun 70-an milik pak lurah akhirnya dipensiunkan. Mobil yang bodynya diberi sticker mirip mobil nascar tersebut akhirnya harus rela tergantikan oleh kehadiran si mobil baru. Sebuah sedan dari pabrikan Honda yang keren pada masanya, Civic Wonder yang lima tahun lebih muda.
Tidak lama kemudian, terbersit pikiran untuk menyaingi pak lurah. Sebenarnya bukan itu maksud saya, tapi tempo hari itu saya benar-benar merasa sudah butuh kendaraan. Anak saya sudah lahir. Masak iya, harus saya ajak naik motor Semarang -- Ngawi PP. Kalaupun bisa ngebis, tapi repot juga bawaannya. Harus bawa baju-baju ganti, bak mandi, dan tentu mamahnya bayi. Kalau cuma bawa mamahnya tapi bayinya ditinggal, sih mending ngebis aja.
Setelah menyepi dan bertapa di pucuk gunung halimun, akhirnya saya mantapkan sebuah pilihan untuk membeli tandingan si Civic. Sebagaimana kita ketahui bersama, sejak Civic di lahirkan, ia terus disaingi dan dibayangi oleh pabrikan Toyota yang bernama Corolla. Sama-sama mengusung model sedan, mobil ini adalah sedan kelas menengah yang tercatat sangat laris di pasaran -- bahkan hingga kini.
Pak Lurah bukan sembarang lurah. Di samping menjadi bos di kantor saya, ia juga gemar mengotak-atik mesin mobil. Tidak hanya mesinnya, ding. Wong bodynya aja ia betulin sendiri. Bemper plastik ia ganti bemper plat besi, kemudian cat pun ia cat sendiri. Knalpot Civicnya pun tak luput dari tangan kreatif pak lurah. Dibikin ngebrong ala racing. Jadi kedengeran jika ada suara knalpot ngebrong, berarti pak lurah sudah hampir sampai kantor, atau jika pak lurah sudah kondur, pasti kedengeran bleyerannya. Jian syahdu tenan..
Meski usianya sudah mendekati 6 dekade, tetapi jiwa pak lurah jelas masih muda. Lha wong teman saya aja melihat gaya rambutnya, memanggil pak lurah dengan panggilan tukang kendang, kok. Pantas memang ia jika disandingkan dengan Cak Met, pemain kendang sekaligus bos New Pallapa itu. Hal ini semakin diperkuat dengan adanya ruang karaoke yang ada di kantor saya. Yang merancang dan yang menggunakan ya pak lurah, dan sesekali saya.
Corolla saya lahir tahun 86 alias tiga tahun lebih muda dari saya. Ia tahu saja jika saya tidak memiliki mas atau mbak kandung. Jadi ia saya anggap sebagai mas saya sendiri. Awal kehadirannya di tengah kehidupan saya, ia mengajarkan saya bagaimana mengemudikan mobil yang steering by power alias dengan kekuatan tangan. Pertama memarkir di depan rumah, ia memaksa saya keringetan karena selama 15 menit, saya belum bisa memarkir dengan cantik. Mencong kiri, mencong kanan, nubruk pot tetangga dan lain sebagainya.
Begitupun awal-awal bersamanya, ia pernah tertarik untuk mencium bokong bis Semarang -- Solo.
"Grooook"
Mungkin ia memang sudah menyatu dengan jiwa saya yang suka akan keindahan bokong wanita..
Akhirnya monyongnya lecet lecet parah. Ah yowes ben, wong mobil murah kok. Hanya 20 juta belinya.