Mohon tunggu...
Hamid Anwar
Hamid Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - PNS Kelurahan

Pegawai kantor yang santai, sambil mengelola blog pribadi http://hamidanwar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Memimpikan Kota Wisata Sukorejo

31 Juli 2019   15:18 Diperbarui: 31 Juli 2019   15:26 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Curug Terong, Foto oleh : Nico 1922 (googlemap)

Rambut sudah mulai berantakan, dan istri sudah ngomel melulu menyuruh saya segera potong rambut.

"Ya mam nanti sepulang kantor tak mampir ke gentho-ne" 

istilah guyonan saya yang merujuk pada salah satu barbershop langganan di bilangan Asmara, Ungaran.

Menunggu sebentar, kemudian tiba saatnya saya di layani. Sepertinya saya masih belum begitu familier dengan pegawai barber yang satu ini, mungkin baru. Pemuda kisaran belasan tahun yang mendapat giliran untuk memotong rambut saya.

Seketika tirai pelindung ditangkupkan ke tubuh dan terasa bekas bekas potongan rambut menyusup melalui pori pori baju.

"Biasa mas, bros atas satu pinggir setengah" ucap saya kepada pemotong rambut kemudian langsung ia mengambil filter mesin potong rambut dan seketika melibas rambut saya.

"Musiknya dong mas, di setel" pinta saya karena tidak biasanya speaker hanya dianggurkan saja di pojok kaca. Seketika ia langsung menyetel musik genre koplo, yang saya sendiri juga cukup suka.

**

Barbershop langganan saya ini saya kenal sejak sekira empat tahunan yang lalu dimana pemiliknya memiliki tampang yang sangar dan garang, tetapi sangat sopan dan santun. Bahasa jawanya 'grapyak'. Pelanggannya selalu disapa, minimal ditanyai rumahnya mana, ini dari mana mau kemana..

 Pertanyaan basa basi seperti itu bagi saya adalah point plus tersendiri yang akan bisa membuka keakraban antara pemotong rambut dengan pelanggannya. Karena tidak dipungkiri, banyak pelanggan yang merasa sungkan atau malu untuk sekedar membuka perbincangan. Padahal, kalau diem-dieman juga kurang bagus. Maka sejak itulah saya menjadi pelanggan setia di tempat potong rambut yang kini membuka beberapa cabang tersebut.

**

Sayangnya saya lupa bertanya siapa nama pemotong rambut saya kali itu. Ia mengaku berasal dari Kendal, lebih tepatnya Kecamatan Sukorejo. Sukorejo bagi saya entah mengapa selalu mengundang penasaran saya untuk menelisik lebih jauh. Bagi saya, kota kecil perlintasan antara jalur tengah dan jalur Pantura ini menjadi menarik karena beberapa alasan tertentu.

"Sukorejo sekarang ramai, ya, mas?" buka saya mengawali perbincangan tentang Sukorejo

"Iya mas, lumayan.. ya minimal di sekitar bundaran itu. Sekarang mulai ditata sehingga ramai"

"Saya sering lewat sana dulu, mas. Kalau prostitusi di daerah sana sekarang gimana mas?"

"Ya masih seperti dulu mas. Dulu sempat ramai karena geger dengan salah satu ormas keagamaan, sekarang sudah biasa lagi. Itu yang berada di daerah Alaska (Alas Karet)"

"Oh itu.. Saya juga sering lihat ada beberapa hotel di Sukorejo tapi kelihatannya kok kayak hotel mesum, ya mas?"

"Hehehe.. Ya memang begitu, mas. Paling kalau ada yang nginap ya semacam sales antar kota, selain itu buat begituan, mas. Kalau hotel yang bagus untuk wisatawan sih memang nggak ada mas"

**

Inilah yang menarik menurut saya. Kenapa ada banyak hotel di sana, sementara kota Sukorejo hanya sekelas kota Kecamatan kecil, ditempat yang jauh dari kota besar. Jika kita jeli, ketika perjalanan memasuki Sukorejo dari arah Bawah (Weleri) maka kita akan menjumpai beberapa hotel di kanan kiri jalan. Begitu juga di seputar kota. Saya pernah iseng lihat review hotel hotel tersebut di google maps. Rata-rata tidak banyak review dan juga hotel-hotel biasa saja.

"Sukorejo itu potensial lho mas menurut saya untuk dikembangkan" Usul saya kepada pemotong rambut yang mengaku lebih dari satu tahun itu meninggalkan kampung halamannya.

"Potensial untuk dikembangkan wisatanya. Kotanya adem, punya wisata andalan, Curug Sewu, dan saya kira bisa diandalkan juga dari wisata lainnya" sambung saya.

"Iya bener banget mas. Sekarang sih mulai ada kesadaran kecil kecilan dari pemuda kampung, mas. Salah satunya adalah Curug Terong. Lokasinya dari kota arah ke Batang, nanti naik terus. Aksesnya masih biasa, mas. Tapi bagus lah curugnya, terlebih setelah ada perhatian dari pemerintah (mungkin maksudnya kucuran dana desa) yang bisa digunakan untuk sekadar menata jalan masuk ke obyek wisata. Coba mas lihat di google udah banyak fotonya" tidak lama ia segera berhasil menjadi duta wisata kecamatan Sukorejo untuk saya.

Curug Terong, Foto oleh : Nico 1922 (googlemap)
Curug Terong, Foto oleh : Nico 1922 (googlemap)
Ini tentu menarik untuk saya ikuti karena bagi saya, salah satu perkembangan wisata suatu daerah jika bisa dikelola dengan baik, maka akan menunjang kemajuan daerah tersebut. Dengan catatan perlu pemikiran ekstra tentang dampak lingkungan yang mungkin timbul dari pengembangan kawasan wisata tersebut.

"Menurut saya tempat wisata alam, harus ada istirahatnya mas. Minimal seminggu dua minggu dalam setengah tahun diistirahatkan. Supaya rumput bisa kembali tumbuh dan menjaga keasrian" Usul saya yang sebenarnya terkesan sok-sokan tersebut. Hwehehe..

"iya betul juga, mas. Kalau di eksploitasi terus ya nanti lama lama rusak" jawabnya setuju.

**

Hari sudah mulai sore ketika selesai potong rambut. Saya lupa menanyai namanya karena terlena dengan obrolan lain dan saya diberikan potongan harga 3.000,-

Sekilas Tentang Sukorejo

Bundaran Sukorejo (google streetview)/tangkapan layar pribadi
Bundaran Sukorejo (google streetview)/tangkapan layar pribadi

Sukorejo, dahulunya merupakan salah satu pusat Kawedanan yang membawahi beberapa kecamatan di sekitarnya. Gedung Kawedanan sekarang masih ada dan berada di salah satu sisi bundaran Sukorejo. Selain itu, Sukorejo juga memiliki peran sejarah dimana dahulu pernah terjadi peperangan antara pejuang RI dan pasukan Belanda dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Dikutip dari Wikipedia, hari Jumat Kliwon 5 September 1947, pusat pemerintahan Kabupaten Kendal dipindahkan sementara di Sukorejo dengan menempati kantor Kawedanan.

Entah apa arti penting Sukorejo bagi Belanda, kota Sukorejo dibombardir oleh pasukan Belanda, meskipun beberapa usahanya tidak membuahkan hasil, seperti penyerangan melalui Weleri, dari arah Bawang, maupun melalui Patean. 

Namun pada akhirnya dari serangan melalui daerah Gemuh, pejuang akhirnya kewalahan dan mengosongkan kota Sukorejo demi menghindari korban yang lebih banyak, dan memindahkan pusat pemerintahan ke Kenjuran Purwosari.

**

Pemerintah Kabupaten Kendal sendiri hingga hari ini kelihatannya belum begitu tertarik untuk menggarap sektor pariwisata di sekitar Sukorejo dengan serius. Mungkin terbentur dengan biaya juga bisa, namun sebenarnya biaya bisa dialihkan dengan jalur investasi swasta. 

Saya sering membayangkan Kota Batu Malang, yang dahulunya hanya sebuah kecamatan di Kabupaten Malang yang kini bisa berdikari dengan industri wisata yang begitu besar dan hebat. Sukorejo pun bisa.

Tata kota Sukorejo sudah terbilang cukup bagus. Bisa diakses dari Semarang, Temanggung -- Magelang, Kendal, Pekalongan dengan kondisi jalanan yang cukup mudah dan tentu saja kontur jalan pegunungan yang menawarkan pemandangan indah menuju kota Sukorejo. 

Curug Sewu di kecamatan Patean, mungkin bisa dijadikan branding kuat untuk mengangkat nama kota Sukorejo. Saya kesana beberapa tahun silam, namun prihatin karena obyek wisata itu tidak terlalu serius. Ada beberapa wahana yang ndongkrok. Ada hotel juga hotel (maaf) jelek.

Kembali lagi ke niat daerah setempat untuk maju. Jika bisa menggandeng investor, tentu wahana di sekitar Curugsewu bisa dioptimalkan menjadi wisata buatan baru yang bersanding dengan wisata alamnya.

Tidak jauh dari Curug Sewu, juga ada obyek wisata taman buah Plantera yang hingga kini kurang terdengar gaungnya. Sementara kota Sukorejo terkesan hanya sebagai penonton saja. Padahal ia merupakan kota yang cukup besar dan bisa disiapkan untuk menampung wisatawan. Misalnya dengan penataan kota dan penginapan.

Memang, pengembangan kota seperti ini tidak mudah dan butuh peran serta publik masyarakat serta stakeholder terkait. Namun, bukan tidak mungkin. Kota Sukorejo bisa dipoles untuk misalnya, membuat sentra kuliner khusus atau sentra kerajinan khusus dimana pada malam hari orang bisa berbelanja dan makan di kota. Sebagai imbalnya, wisatawan akan mau menginap di Sukorejo, (dengan fasilitas penginapan yang lagi-lagi harus disiapkan juga tentunya).

**

Intinya dalam angan-angan saya, ada potensi untuk mengembangkan kota Sukorejo lebih jauh dengan melihat sektor pariwisata. Saya membayangkan suatu saat nanti akan ada wisatawan dengan rencana perjalanan sebagai berikut :

  • Hari pertama datang ke Sukorejo, menikmati wisata trekking ke air terjun / Curug Terong, kemudian disambung dengan wisata sembari makan siang di pinggir Danau Banaran.
  • Menjelang sore bisa berwisata ke Curug Sewu dan taman permainan / wahana di Curug Sewu hingga menjelang sore hari.
  • Malamnya bisa menikmati kuliner / suasana malam di sekitar bundaran / alun-alun Sukorejo.
  • Hari selanjutnya, wisata pagi hari menuju ke Taman Buah Plantera, jangan kesiangan takut kepanasan
  • Perjalanan pulang menuju Pantura, bisa ngadem / mampir sejenak di Goa Maria Besokor untuk umat Katholik dapat sekaligus wisata rohani.
  • Untuk yang perjalanan pulang ke arah Temanggung, bisa mampir ke obyek wisata percandian yang ada di Candi Pringapus Ngadirejo, atau Situs Liyangan Temanggung.

  • **
  • Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun