[caption id="attachment_366616" align="aligncenter" width="624" caption="Asean/Kompasiana(kompas.com/SHUTTERSTOCK)"][/caption]
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tinggal menghitung hari. 1 Januari 2015 negara-negara dikawasan Asia Tenggara memasuki era baru yaitu dimulainya pemberlakuan penyatuan kegiatan ekonomi sekawasan. Hal yang sama telah diberlakukan dibeberapa belahan dunia lainnya. Seperti Masyarakat Ekonomi Eropa yang sudah efektif pelaksanaan pasar tunggal bersama.
Asia Tenggara juga akan menuju kesana. Secara gradual akan dimulai pada Januari 2015. Peratanyaannya, apakah kita siap. Jawabnya suka tidak suka, mau tidak mau dan siap tidak siap kita akan menghadapinya. Sebagai negara terbesar di ASEAN, Indonesia harusnya lebih siap. Pemangku kepentingan sesuai bidang dan kewenangannya masing-masing tentu telah mempersiapkannya.
Saya ingin membatasi pembicaraan terkait bidang pariwisata saja. Jika kita menyimak perkembangan pariwisata dikawasan Asia Pasifik. Berdasarkan data tahun 2013 United Nations World Tourism Organization (UNWTO) tentang World Tourism Rank, 10 negara berperingkat teratas di Asia Pasifik dalam hal kunjungan turis asing adalah China (55,7 juta), Thailand (26,5 juta), Malaysia (25,7 juta), Hongkong (25,6 juta), Macau (14,2 juta), Korea Selatan (12,1 juta), Singapura (.....), Jepang (10,3 juta), Indonesia (8,8 juta), Taiwan (8 juta), Vietnam (7,5 juta) dan India (6,8 juta).
Walaupun Indonesia berada diurutan ketujuh di Asia Fasifik, namun dari sisi jumlah wisatawan belum mengembirakan. Apalagi negeri ini amat luas dan besar. Wisatawan asing bisa masuk dari berbagai penjuru negeri. Namun jumlah wisatawan belum mencapai angka 10 juta orang, dan dikalangan Asean masih berada diperingkat keempat saja. Turis asing yang datang baru sepertiga dari jumlah turis yang datang ke negeri jiran Malaysia dan Thailand. Dibandingkan dengan Singapura kitapun masih dibawah.
Terus apa pentingnya wisatawan itu. Tentu mengatakan sangat penting. Banyak negara yang telah menjadikan sektor pariwisata sebagai daya ungkit ekonomi paling utama. Demikian juga didalam negeri beberapa daerah telah menjadikan pariwisata sebagai sektor utama penggerak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain bagi negara atau daerah tersebut, maju tidaknya kegiatan ekonomi atau economic growth sangat tergantung kepada pertumbuhan dibidang pariwisata. Dan sektor pariwisata merupakan ekonomi yang berkelanjutan, tidak terikat dengan sumber daya alam.
Semakin banyak turis yang datang kesuatu negara atau daerah semakin banyak rejeki ekonomi yang didapat. Karena setiap turis yang datang maka akan berdampak langsung paling sedikit pada lima hal, yaitu pertama mereka akan menginap di hotel, maka hotelpun akan laku dan okupasinya meningkat. Kedua mereka akan makan di restaurant atau warung, ekonomi masyarakat akan bergerak, ketiga mereka akan jalan-jalan ke objek wisata dan pasti akan menggunakan alat transpotasi seperti taksi rental, angkot atau ojek, pelaku usaha dibidang inipun akan mendapat penghasilan. Keempat mereka akan mencari souvenir bisa berupa baju kaos, topi, gantungan kunci, kalung dan lain-lain sebagainya, sebagai pertanda mereka pernah mengunjungi suatu negara atau daerah tertentu. Dan yang kelima adalah agen travel perjalanan, bila mereka hendak melanjutkan perjalanan ketempat lain atau kembali kenegeri asalnya. Pendek kata turis datang ekonomi rakyat menggeliat.
Jika banyak hal positif atau bahasa kerennya multiplier effect yang terjadi, maka mari bergandengan tangan memajukan pariwisata. Banyak stake holders yang terlibat dalam bidang kepariwisataan. Pemerintah, legislatif, pengusaha seperti hotel, restauran, warung makan, pengrajin, agen travel, rental kenderaan, pengojek, even organizer dan juga masyarakat secara keseluruhan. Memajukan kepariwisataan harus dilakukan secara bersama-sama dan semesta. Apalagi jika difasiltasi oleh Pemerintah Provinsi, maka sinergitas antar daerah akan semakin mudah dan berhasil guna.
Lantas apa prasyarat bagi wisatawan atau turis akan mengunjungi kesuatu negara atau daerah. Paling utama ada tiga hal yaitu aman, mudah dijangkau dan tersedia akomodasi. Aman harus dimaknai dalam arti luas, negara/daerah itu tidak ada peperangan, tidak ada konflik dan kerusuhan, aman dari kejahatan, warganya ramah dan toleran, serta tidak berbohong khususnya dalam pelayanan menyangkut kepariwisataan. Mahal tidak terlalu masalah tetapi harga harus ada kepastian berlaku secara umum. Tidak dimahalkan karena yang belanja atau yang menggunakan jasa adalah turis.
Turis sebelum berpergian pasti telah mencari informasi dan membaca literatur suatu destinasi wisata yang dituju. Tidak selamanya para turis mencari kemewahan, karena kemewahan sudah sering ditemui dinegerinya atau ditempat lain, tak hendak mendengar lagu-lagu barat, karena lagu tersebut sudah tak asing ditelinga mereka. Mereka lebih senang melihat kicauan burung terbang dipagi hari di negeri tropis, mencari hiburan yang nuansanya berbeda ditempat lain, menikmati indahnya alam dan eksotika dan keberagaman etnik budaya masyarakat. Masyarakat yang ramah tamah dan akrab dengan para wisatawan.
Karena itu mindset kita yang perlu dirubah. Kita harus siap menerima dengan baik setiap turis yang berkunjung dengan keseharian kita. Membantu mereka memberikan informasi yang benar. Masyarakatnya sadar wisata, dan pemerintah terus menerus membenahi objek wisata, para pengusaha juga turut mengembangkan sarana kepariwisataan. Beberapa kota di negeri jiran yang letak tidak jauh dari Tarakan, juga tidak mempunyai objek wisata yang luar biasa, tetapi mereka dikunjungi turis asing yang sangat banyak. Ini menjadi tantangan bagi kita dalam memajukan pariwisata di bumi paguntaka.
Didepan mata sudah pasar bebas Asean, yang memberikan kesempatan sama kepada masyarakat dikawasan ini untuk saling berinterkasi dalam kegiatan ekonomi, sosial dan budaya. Profesinalisme, daya saing dan keunggulan kompetitif mutlak diperlukan. Tidak tepat jika ada yang belum mampu kita bersaing dengan negara sekawasan, kemudia sikapi dengan unjuk rasa atau demontrasi. Karena kita juga diberi kesempatan untuk melakukan hal yang sama dinegeri mereka.
Apa solusi agar turis betah dan kembali datang kesuatu negara atau daerah. Paling utama ada dua hal yaitu pertama, pelayanan yang baik, misalnya supir taksi, angkot atau ojek yang ramah dan sopan, pelayanan dihotel menyenangkan, restauran atau warung yang dimasuki bersih, tertib dan rapi, toko ketika mereka berbelanja memberikan harga yang pasti, pokoknya semua pihak harus memberikan pelayanan yang baik, sopan, ramah, jujur dan toleran. Pemerintah mempunyai program apa yang disebut sapta pesona (tujuh pesona) yang menjadi pegangan dalam memberikan pelayanan dibidang kepariwisataan. Ketujuh pesona tersebut meliputi aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan. (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H