Membagi-bagikan makanan dini hari di pinggir jalan saat waktu sahur kembali menjadi polemik di bulan puasa tahun ini. Kegiatan yang populer dengan sebutan sahur on the road (SOTR) mengakibatkan bentrok. Tepatnya pada minggu (3/6/2018)dini hari kemarin terjadi tawuran antar kelompok di sejumlah daerah di Jakarta. Uniknya bentrokan terjadi pas satu hari sebelum tema samberthr nya kompasiana tentang pro dan kontra SOTR di bulan ramadhan.
Hal ini sudah jelas menjadi contoh bahwa ada hal negatif dalam pelaksanaan SOTR yang dilakukan selama ini. Selain bentrokan antar kelompok masih ada lagi dampak negatif lain yang bisa terjadi saat kegiatan SOTR dilaksanakan, antara lain :
1. Terjadinya vandalisme di sarana publik.
Saat SOTR yang biasanya bergerombol ada saja ulah nakal satu dua oknum yang melakukan vandalisme. Aksi mencoret-coret fasilitas umum ini memang sangay disayangkan apalagi saat mereka melakukan sedekah dengan membagi-bagikan makanan sahur. Selain itu waktu dini hari memang merupakan waktu yang rawan, karena tak banyak petugas yang patroli di jam-jam sahur. Dengan aksi bergerombol di sepanjang jalan membuat mereka berani melakukan aksi vandal tersebut.
2. Memancing banyak orang menjadi gelandangan.
Sudah sering pemerintah khususnya dinas sosial menghimbau untuk tidak melakukan SOTR karena bisa memancing banyak orang menjadi gelandangan. Walaupun sebenarnya mereka memiliki rumah yang layak huni. Dengan tidur di jalanan mereka mengharapkan bingkisan SOTR yang kadang tak hanya sekotak nasi, bisa juga ada amplop di belakangnya.
3. Belum tentu yang diberi sahur menjalankan puasa.
Pemberian bingkisan makanan saat kegiatan SOTR sangatlah random. Asal ketemu orang di pinggir jalan langsung diberi, padahal belum tentu orang tersebut akan berpuasa esok harinya. Bahkan karena tak ada koordinasi, bisa jadi dalam satu malam seorang mendapat banyak bingkisan sahur yang akhirnya mubazir karena tak dimakan semua.
4. Rawan kecelakaan.
SOTR identik dengan mengendarai sepeda motor bersama-sama atau menggunakan mobil. Saat dini hari memang kondisi jalan lenggang alias sepi, namun begitu kita harus hati-hati karena banyak pengendara tancap gas saat jalanan sepi. Sehingga kegiatan SOTR ini juga rawan terjadinya kecelakaan, semoga saja tidak.
Mungkin masih ada hal negatif lainnya. Untuk itu alangkah lebih baiknya jika kegiatan SOTR ini diganti dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Tetao kita bisa bersedah dengan cara berbagi makanan untuk sahur, namun lokasi di jalan raya kita rubah menjadi di masjid atau kita bisa pakai Sahur In The Mosque (SITM). Memang belum banyak masjid yang menyediakan makan sahur bagi jamaahnya. Kebanyakan takmir masjid hanya menyediakan takjil dan buka bersama gratis.
Jika kita bisa melakukan SITM di lingkungan orang yang membutuhkan pastinya akan lebih bermanfaat. Di antara manfaatnya antara lain warga jadi lebih sering ke masjid, bisa sekaligus shalat tahajud dan subuh berjamaah, bisa pula sambil i'tikaf atau membaca al-quran. Intinya kita mengajak warga yang kurang mampu di lingkungan tersebut terbiasa ke masjid.
Jika dirasa program SITM ini masih berat dilaksanakan, alangkah lebih eloknya jika kita bisa membagi sahur gratis langsung ke rumah warga yang membutuhkan. Dari pada memberi di pinggir jalan yang jelas banyak mudharatnya. Agar kegiatan berjalan lancar kita bisa berkoordinasi dengan RT/RW setempat minimal sehari sebelumnya.
Mari kita contoh teladan Khalifah Umar bin Khattab, dimana beliau membawa bantuan makanan langsung ke rumah orang yang membutuhkan. Bahkan Umar kala itu memikul karung sendiri di malam hari, dengan begitu kita lebih memulyakan dan menghormati orang yang membutuhkan.
Semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H