Ternyata puasa yang paling singkat atau paling cepat tidak hanya terjadi di daerah Antartika yang memerlukan waktu sekitar 8 saja. Bahkan di Indonesia kita juga bisa merasakan puasa paling pendek sedunia. Alhamdulillah berapa tahun yang lalu saya ikut merasakan puasa paling pendek tersebut secara tidak sengaja.
Kisah nyata ini berawal saat ada kegiatan Ospek di kampus kalau tidak salah tahun 2010. Saat itu saya termasuk dalam kepanitiaan tepatnya bagian kesehatan, karena tugas inilah selama seminggu dengan rincian tiga hari cek kesehatan mahasiswa baru (Maba) dan empat hari pelaksanaan Ospek. Dalam kegiatan ini saya harus bolak-balik ke kampus bahkan di empat hari terakhir saya ikut menginap di kampus untuk stand by di pos kesehatan.
Walau masalah konsumsi untuk sahur dan puasa sudah ditanggung pihak kampus, tetap saja kegiatan Ospek ini menguras tenaga. Dimana jumlah anak yang sakit meningkat lebih banyak karena pelaksaan Ospek bertepatan saat puasa. Setidaknya lebih dari belasan mahasiswi yang harus kita angkut dari lapangan upacara ke pos medis karena pingsan setiap paginya.
Beruntung beberapa mahasiswa sudah mundur duluan sebelum tumbang, hal ini sangat mengurangi beban kami karena mengevakuasi mahasiswa dengan tandu itu lebih berat daripada mahasiswi yang tak terlalu berat.
Di malam terakhir kegiatan Ospek ditutup dengan meriah, dengan kembang api yang saling bersahutan menandai berakhirnya kegiatan orientasi untuk para Maba di kampus. Setelah selesai beres-beres, akhirnya saya bisa pulang ke kamar kost yang sudah lama saya rindukan. Dengan menenteng nasi kotak di tangan saya balik ke kost dengan perasaan senang.
Saat itu saya punya kebiasaan tidak sahur saat dini hari. Sebagai gantinya sebelum tidur saya makan malam, hal yang sama juga saya lakukan malam itu. Dalam pikiran saya, kemungkinan besuk pagi tak bisa bangun pagi untuk makan sahur karena sudah kecapekan setelah kegiatan.
Maka makanlah saya dengan lahap walau mata sudah tinggal lima watt alias ngantuk berat. Selesai makan terlentang dan bablas ketiduran tanpa sempat gosok gigi dan cuci muka terlebih dahulu. Maklum waktunya pembalasan dengan tidur nyenyak setelah seminggu tak bisa merasakan empuknya bantal dan guling.
Tidur kali ini benar-benar terasa nyaman, entah berapa episode mimpi indah yang singgah pada malam itu. Hingga akhirnya saya terbangun karena mendengar suara adzan. Langsung saja setelah bangun saya ambil air wudhu dan shalat subuh di kamar.
Karena sudah tak terasa ngantuk akhirnya saya putuskan olahraga pagi jalan-jalan sekitar kos-kosan. Sampai di depan kos saya baru sadar ada yang aneh bin janggal karena melihat masih ada orang yang sedang asyik makan di warung sebelah kos.
"Lo pak ndak puasa kah? Kok sarapan?" tanya saya penasaran.
"Sini-sini mas ayo buka bersama, itu tadi sudah adzan" jawab bapaknya dengan ramah.