Mohon tunggu...
Muhammad Hamid Habibi
Muhammad Hamid Habibi Mohon Tunggu... Guru - Calon guru

Belajar lagi... Belajar mendengarkan, belajar memahami, belajar mengatur waktu, belajar belajar belajar... belum terlambat untuk belajar...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Trauma Makan Nasi Padang

14 Juli 2017   14:20 Diperbarui: 14 Juli 2017   14:23 1694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lauk yang berjejer di etalase warung Padang (foto dari perutgendut.com)

Nasi padang, siapa yang tak kenal kelezatan masakan nusantara yang satu ini, bahkan menu favoritnya rendang sudah diakui dunia. Dibalik itu semua ternyata saya pernah trauma makan Nasi Padang, tepatnya trauma makan di warung Padang. Trauma ini bermula saat kecil mungkin sekitar kelas 2 SD saya pernah diajak makan di warung Padang yang terletak di salah satu sudut Kota Ponorogo. Entah saat itu ada acara spesial apa, karena warung padang termasuk warung yang cukup wow bagi kami. Benar saja saat masuk di meja makan sudah terjejer belasan piring yang berisi berbagai macam menu makanan khas Padang. Wah kalau sebanyak ini mungkin saya lebih baik menyebutnya Restoran Padang bukan warung Padang.

Di depan hidangan yang banyak dan menggiurkan akhirnya saya mencoba berbagai macam jenis lauk yang terhidang. Dan disitulah awal trauma ini dimulai, karena belum paham cara menghitung biaya makan dengan santai nya kami makan dan mencicipi hampir setiap masakan di piring yang disediakan. Benar saja saat membayar kami saya kaget, karena harus membayar dengan tagihan yang besar, entah jumlahnya berapa saat itu karena sudah sekitar 18 tahun yang lalu. Yang jelas harga sangat mahal sudah terpatri di pikiran saya, dan sejak saat itulah saya menghindari semua jenis warung atau restoran Padang.

Trauma nasi Padang ini bertahan sampai saya kuliah di Malang, tepatnya saat saya berumur 19 an tahun. Saat itulah saya bertemu warung padang model baru, tak ada lagi berbagai piring di atas meja. Semua makanan hanya ditata di etalase depan warung yang bercorak merah ini, dan kita memesannya pun seperti umumnya warung tinggal bilang mau pakai lauk apa.

Walaupun begitu,awalnya tetap sulit menghilangkan trauma makan Padang ini. di awal-awal ada salah satu teman yang selalu bantingan (iuran) untuk beli usus sapi bumbu, dimana harganya murah plus dapat kuah yang banyak, masalah nasi kita masak sendiri. Walaupun sudah makan masakan padang, saat itu saya masih enggan makan di warung Padang loo.. memang berat menghilangkan trauma yang sudah berlangsung 10 tahun lebih ini.

Karena semakin familiar dengan masakan Padang, akhirnya saya beranikan diri untuk ke warung padang bersama-sama. Itupun saya masih sedikit was-was takut kalau uang yang saya bawa kurang.hehehe dan ternyata setelah makan kenyang satu porsi rendang waktunya membayar dan jreng-jreng harganya hanya 10.000 rupiah waktu itu, tak terlalu mahal ternyata. Buat perbandingan waktu itu harga lalapan ayam sekitar 7.000 rupiah.

Sejak itulah saya terbebas dari trauma masakan Padang yang jadi pikiran saya sejak kecil, dan sampai sekarang saya masih termasuk rutin ke warung Padang ya minimal 2 minggu sekali pasti mampir untuk mencicipi masakan Padang, harganya rata-rata berkisar 15.000 rupiah di Kota Malang. Berapa harga Nasi Padang di tempat kalian???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun