Selamat Datang Wahai Bulan Penuh Rahmat Oleh Hamdi Akhsan [caption id="attachment_195322" align="alignnone" width="600" caption=""][/caption] I Detik-detik datangnya bulan ramadhan yang dirindukan para hamba jelang tiba. Berdebar, bagaikan seorang Qais yang tak sabar menunggu berjumpa laila. Bak kerinduan burung pengembara antar benua kembali ke sarangnya. Yang letih terbang sepanjang musim arungi dinginnya angkasa raya. Kini, engkau akan hadir lagi melatih milyaran pengikut jalan Ilahi. Langsingkan tubuh-tubuh yang sebelas bulan jadi hamba nasi Redakan keangkuhan jasad-jasad yang merasa berbalung besi. Dan sadarkan para pemilik harta kekayaan akan hakekat diri. II Betapa, seringnya kelucuan muncul tak sengaja di depan mata. Tatkala di bulan suci orang besar tinggi ternyata tak kuat berpuasa. Terkulai bagai seekor gajah yang tumbang karena tiada dedaunan muda. Atau mereka terkapai lunglai bagaikan harimau perkasa yang kehilangan tenaga. Sungguh menggelikan, manakala para pemilik suara menggelegar terkulai lemah. Begitu hebatnya puasa menjadi psikiater yang mampu redakan amarah. Betapa murahnya biaya yang diperlukan untuk obati penyakit magh. Dan tidak perlu seorang dokter yang hebat obati usus yang lelah. III Ramadhan datang, dan terbelenggulah iblis dan balatentaranya. Diberi kesempatan para hamba untuk kembali melatih imannya. Apakah akan naik derajat menjadi hamba yang dirindhoi-Nya. Ataukah tetap jadi mereka tak malu menumpang di bumi-Nya. Adalah perut yang jadi salah satu sumber kesenangan duniawi. Ia jugalah yang menjadi salah satu sumber pelanggar larangan Ilahi. Dan kesenangan demi kesenangan makan memperhebat nafsu birahi. Sehingga menjadi terlupakan prinsip dan aturan makan yang diberkati. IV Terima kasih ya Allah. Engkau beri waktu mulut ini istirahat mengunyah. Engkau telah malaskan nafsu ini untuk mengumpat dan berghibah. Engkau telah karuniakan ramadhan sebagai bulan penuh berkah. Engkau telah beri waktu untuk istirahatkan jasad musafir lelah. Begitu banyak kebaikan bulan penuh berkah ini dari sisi-Mu. Tubuh yang terkapar kenyang harus bangun di malam dalu. Renungkan sebentar begitu banyaknya nikmat Allah dimasa lalu. Dan bayangkan kelak kala jasad ringkih ini telah terbujur membeku. Al Faqiir Hamdi Akhsan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H