Mohon tunggu...
Hamdi Akhsan
Hamdi Akhsan Mohon Tunggu... -

Penyampai aspirasi pribadi, pemuda yang insyaallah akan membangun bangsa ini!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Refleksi 67 Tahun Kemerdekaan

17 Agustus 2012   04:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:38 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Refleksi 67 tahun Kemerdekaan

Oleh
Hamdi Akhsan
I
Dahulu di tanah kami pernah muncul para pejuang samudera yang menggetarkan.
Dengan perahu cadik mereka taklukkan angkuh dan ganasnya samudera luas.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun dijelajahinya seluruh negeri.
Kukuhkan  keperkasaan dan jati dirinya sebagai bangsa bahari.

Tanah nan subur menjadi rahmat yang tak dimiliki bangsa lain.
Para raja busungkan dada hadapi  penjajah yang memperbudak rakyat.
Tak akan diserahkan lahan subur dan hutan rimba sejengkalpun pada musuh.
Walau segenap bujuk rayu mengatasnamakan industri dan perdagangan antar negara.

II
Tapi kini, negeriku telah menjadi  sebuah barak besar yang  menjadi kuli para investor.
Jutaan kuli bekerja di perkebunan yang sahamnya dimiliki asing melalui bursa.
Jutaan lainnya berangkat menjadi babu dan kuli di berbagai negara.
Yang dengan kepedihan tinggalkan anak bayi dan keluarga.

Begitu banyak yang bangga bila berhasil datangkan pemodal.
Hutan-hutan sumber oksigen dan tempat hewan pun hancur lebur.
Debu, bahan kimia, dikompensasikan dengan sedikit uang untuk hidup.
Sedang keuntungan yang banyak diangkut tanpa sedikitpun yang tersisa.

III
Kelak, tinggallah tanah-tanah gersang dan rusak untuk  generasi penerus.
Negeri yang subur hanya tinggal  kenangan dan cerita sejarah yang manis.
Kebekajatan & sampah budaya,menjadi biasa dan tak lagi dianggap kanker.
Dan tanah-tanah yang terluka karena dizalimi pun akan berikan balasannya.

Negeri ini, telah terjual dalam kebanggaan sesaat yang menyesatkan jatidiri.
Bak perahu yang tiap penghuninya membuat lubang puaskan keserakahan.
Hanya menunggu saat-saat akhir untuk tenggelam dalam kegagalan.
Dan yang tersisa hanya kesedihan dan penyesalan.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun