Mohon tunggu...
Hamdi Akhsan
Hamdi Akhsan Mohon Tunggu... -

Penyampai aspirasi pribadi, pemuda yang insyaallah akan membangun bangsa ini!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selamat Datang Wahai Bulan Penuh Rahmat

20 Juli 2012   14:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Datang Wahai Bulan Penuh Rahmat Oleh Hamdi Akhsan [caption id="attachment_195322" align="alignnone" width="600" caption=""][/caption] I Detik-detik datangnya bulan ramadhan yang dirindukan para hamba jelang tiba. Berdebar, bagaikan seorang Qais yang tak sabar menunggu  berjumpa laila. Bak kerinduan burung pengembara antar benua kembali ke sarangnya. Yang letih terbang sepanjang musim arungi dinginnya angkasa raya. Kini, engkau akan hadir lagi melatih milyaran pengikut jalan Ilahi. Langsingkan tubuh-tubuh yang sebelas  bulan jadi hamba nasi Redakan keangkuhan jasad-jasad yang merasa berbalung besi. Dan sadarkan  para  pemilik harta  kekayaan akan  hakekat diri. II Betapa, seringnya kelucuan muncul tak sengaja di depan mata. Tatkala di bulan suci orang besar tinggi  ternyata tak kuat berpuasa. Terkulai bagai seekor gajah yang tumbang karena tiada dedaunan muda. Atau mereka terkapai lunglai bagaikan harimau perkasa yang kehilangan tenaga. Sungguh menggelikan, manakala para pemilik suara menggelegar terkulai lemah. Begitu hebatnya puasa  menjadi psikiater yang mampu redakan amarah. Betapa murahnya biaya yang diperlukan untuk obati penyakit magh. Dan tidak perlu seorang dokter yang hebat obati usus yang lelah. III Ramadhan datang, dan terbelenggulah iblis dan balatentaranya. Diberi kesempatan para hamba untuk  kembali melatih imannya. Apakah akan naik derajat  menjadi  hamba  yang dirindhoi-Nya. Ataukah tetap  jadi mereka tak  malu menumpang di bumi-Nya. Adalah  perut yang jadi salah  satu sumber  kesenangan duniawi. Ia jugalah yang menjadi salah satu sumber pelanggar larangan Ilahi. Dan kesenangan demi kesenangan makan  memperhebat nafsu birahi. Sehingga menjadi  terlupakan prinsip dan  aturan makan  yang diberkati. IV Terima kasih ya Allah. Engkau  beri waktu mulut ini istirahat mengunyah. Engkau telah  malaskan nafsu ini untuk  mengumpat dan berghibah. Engkau telah karuniakan ramadhan  sebagai bulan penuh berkah. Engkau telah beri waktu untuk istirahatkan jasad musafir lelah. Begitu banyak kebaikan bulan penuh berkah ini dari sisi-Mu. Tubuh yang  terkapar kenyang harus bangun di malam dalu. Renungkan sebentar begitu banyaknya nikmat Allah dimasa lalu. Dan bayangkan kelak kala jasad ringkih ini telah terbujur membeku. Al Faqiir Hamdi Akhsan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun