Suatu hari, Gajah bertualang menjajaki padang sahara yang tandus. Pada sekian kilometer perjalanan, Gajah kehabisan bekal. Sang Gajah sudah letih. Ternyata, sahara yang dilaluinya sangat luas. Dia tidak menduga sebelumnya. Letih yang dirasanya semakin memuncak. Tak ada pepohonan disana. Tak ada sumber mata air. Di tengah - tengah sahara yang demikian panas mendera itu, dia pun terjatuh. Lalu berseru, "Ya Allah, ini seekor GajahMu yang kelelahan! Aku tak tahu dimana ada mata air di sekitar sini. Tunjukilah aku kemudahan!" Gajah benar - benar kelelahan. Dia tak mampu meneruskan langkahnya. Bahkan sekedar untuk berdiri lagi saja dia sudah tak mampu. Berkali - kali Gajah mencoba berdiri. Lemas. Letih. Satu - dua langkah, dia sudah terjatuh.
Suasana panas mencekam. Dalam keadaan berbaring, pasir membakarnya. Dia berpikir dan menyadari betapa beratnya perjalanan ini. Airmatanya menetes. Hampir - hampir dia berputus asa. "Mungkin, ini akhir umurku!" Keluhnya. Tiba - tiba, di atas udara sana, melintas seekor Kutilang. Dia mendarat di kepala sang Gajah. Lalu, singgah di dekat kepala Sang Gajah.
Kutilang: "Hai, Gajah! Kamu tidak apa - apa?".
Gajah: "Ya, Kutilang. Aku kelelahan". Dengan suara serak, parau dan tersendat.
Kutilang: "Kasihan kamu Gajah! Kamu kehabisan bekal ya? Kalau begitu, sebentar ya, bertahanlah biar aku bantu mencarikan air"
Gajah: "Terima kasih, Kutilang! Allah yang akan membalas kebaikanmu. Doakan aku kuat."
Kutilang: "Baik, Gajah. Doakan aku berhasil mencarikan air untukmu."
Gajah: "Ya".
Kutilang berangkat. Ia melesat. Terbang dengan cepat. Matahari begitu panas. Dia berpikir, "dalam panas seperti ini, adakah sumber mata air di permukaan bumi yang bisa saya dapati?". Dalam kondisi bimbang seperti itu, Kutilang tetap berusaha. Dia terbang kesana - kemari. Tidak ada air. Dari kejauhan, terlihat olehnya rerimbun sekelompok pohon. Dia menghambur kesana. Masuk ke rerimbunan itu. Dan, "Alhamdulillah, ini dia mata air". Dia mendapati mata air. Bersyukur penuh haru. Di tengah padang sahara seperti ini, masih ada sekelompok pohon yang rindang dan indah. Di bawahnya terdapat mata air membentuk danau kecil. Airnya bersih. Menjadi tempat berteduh hewan - hewan lucu, seperti kangguru, kijang, kancil, kupu - kupu, tupai dan burung. Mereka semua hidup rukun, damai dan tenang di tempat yang sejuk dan indah tapi sangat terbatas itu.
Kutilang: "Wah, betapa indah tempat ini. Kaliankah yang memeliharanya?"
Kijang: "Ya, kami yang memeliharanya"
Kutilang: "Bolehkah aku meminta airnya untuk menolong saudara kita yang kehausan di tengah padang sahara sana?"
Kijang dan yang lainnya menjawab serentak. "Ya, boleh. Semua ini untuk kita semua. Untuk kehidupan kita bersama. Bawakan saudara kita itu air"
Kutilang: "Aku bingung, bagaimana caranya aku membawakan air untuknya?"
Kijang: "Oh, gampang. Disini kita punya saudara Kangguru. Diperutnya ada kantong. Biar kantongnya dia penuhi dengan air. Dia nanti kamu ajak ke saudara kita yang kehausan itu"
Kutilang: "Tapi tempatnya jauh. Bagaimana kalau Kangguru juga jadi kehausan saat mengantar?"
Kangguru: "Tenang saja, kita tidak berdua. Tapi bertiga. Masing - masing kami akan membawa persediaan makan dan minum."
Kutilang: "Oh, begitu. Kalau begitu ayo kita secepatnya. Biar aku juga membawa air."
Kijang: "Kalau kamu membawa air, bagaimana caranya?"
Kutilang: "Ya Kijang, aku baru dapat ide dari kamu. Aku bisa menyimpan air dalam paruhku. Tapi tidak bisa sebanyak persediaan Kangguru"
Kijang: "Oh begitu".
Kangguru: "Ayo Kutilang. Kita berangkat!"
Kutilang dan tiga Kangguru pun berangkat untuk menolong sang Gajah. Di tengah perjalanan Kutilang ijin untuk mendahului mereka.
Kutilang: "Kangguru, khawatir Gajah tidak kuat, bagaimana kalau aku lebih dulu kesana. Kamu berjalanlah terus. Lurus. Nanti aku susul kamu".
Kangguru: "Baik Kutilang. Ide bagus!"
Kutilang terbang dengan cepat. Sesampainya di tempat sang Gajah kelelahan, dia tidak melihat sang Gajah. Dia coba mencari. Ternyata, sang Gajah berpindah tempat.
Kutilang: "Gajah, kamu tidak apa?"
Gajah tidak menjawab apa - apa. Dia hanya mendesau. Akhirnya, Kutilang mengeluarkan persediaan airnya yang sangat sedikit itu dari paruhnya. Ternyata, meski sedikit air itu mampu membantu Gajah untuk dapat berdiri lagi. Staminanya lumayan membaik. Dia berencana melanjutkan perjalanan. Tapi Kutilang melarang.
Kutilang: "Gajah, maaf. Kamu tidak usah berjalan dulu ya. Kan kamu baru kelelahan dan belum makan. Sebentar lagi temanku kesini. Dia bawa makanan untukmu. Aku menyusul mereka dulu ya. Kamu tolong tunggu aku disini."
Gajah: "Baiklah Kutilang. Terima kasih banyak sudah membantuku."
Kutilang pergi menemui teman - temannya. Tiga Kangguru. Mereka bertemu tidak jauh dari tempat Gajah kelelahan. Lalu keempatnya bersama - sama menemui sang Gajah. Gajah pun berhasil ditolong. Dan diajak singgah ke tempat sejuk dan indah. Kebun kecil di tengah sahara yang tandus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H