Jakarta - Terorisme masih menjadi persoalan dan ancaman nyata bagi kehidupan berbangsa, bernegara, bahkan juga beragama.
“Bagi kehidupan beragama, terorisme mempertaruhkan sejumlah tata-nilai agama yang bersendikan keluhuran, perdamaian, persaudaraan dan kerahmatan global,” Jelas Abdul Aziz aktivis LSM Lazuardi Birru dalam acara Bedah Buku “Terorisme: Aku Tahu, Aku Hindari” dan “Islam Rahmat Seluruh Umat” yang diadakan oleh Lazuardi Birru di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Fase “peremajaan terorisme” yang ditandai dengan keterlibatan sejumlah anak muda di dalam jaringan ini harus menjadi perhatian khusus oleh semua pihak. Para remaja adalah pemangku masa depan negeri ini. Tegak dan tidaknya kehidupan berbangsa ke depan berada di tangan para pemudanya.
Sejalan dengan Abdul Aziz, Hasibullah Satrawi (Cendikiawan Muslim) mengatakan, munculnya terorisme diakibatkan oleh berbagai faktor namun diantara faktor yang ada, faktor ideologilah yang paling dominan.
“terorisme disebabkan oleh banyak faktor diantaranya ketidakadilan sosial, kemiskinan, dan agama, namun faktor yang dominan adalah ideologi”.
Ia menuturkan bahwa Jaringan terorisme telah mengalami elevasi dari kelompok besar menjadi kelompok kecil. Dahulu yang menjadi target pelaku adalah mahasiswa namun kini pelaku sudah kalangan siswa. Hal ini yang disebut peremajaan teroris.
Oleh karena itu, dalam upaya memberantas terorisme membutuhkan peran serta berbagai pihak, mulai dari presiden hingga tingkat RT/RW.
Sejalan dengan Satrawi, Abdul Mu’ti (Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Muhammadiyah) mengatakan, sampai saat ini dalam penanganan terorisme tidak ada integrasi antar lembaga pemerintah dan masyarakat. Padahal jika seluruh elemen ini berjalan bersama laju terorisme tersebut dapat dibendung.
Imdadun Rahmat (Wakil Sekretaris Jenderal PBNU) yang juga hadir sebagai pembicara meminta agar ormas Islam seperti NU dan Muhamadiyah harus tampil kedepan tentu dengan tampilan yang menarik dalam menyampaikan dakwahnya. Dengan begitu, dalam masyatrakat Indonesia yang sedang terjangkiti budaya instan dalam beragama dakwah tersebut dapat diterima. imbuhnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H