Mohon tunggu...
Hamdi Nuqtoh
Hamdi Nuqtoh Mohon Tunggu... -

Zero to Hero..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Keindahan "Akal Tuhan" di Bunaken

28 Agustus 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:13 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BUNAKEN – Tuhan menciptakan alam untuk dinikmati oleh manusia dan tentunya juga harus dirawat agar tetap lestari. Keindahan alam ciptaan Tuhan diantaranya ada pada pulau Bunaken. Sebuah pulau di Teluk Manado yang terletak di utara pulau Sulawesi Indonesia.

Masyarakat pencinta keindahan laut mungkin sudah mendengar nama Bunaken dan bahkan telah menikmati keindahannya. Keindahan alam Bunaken sudah diakui oleh dunia, menyiratkan betapa indahnya Sang pemilik dunia ini.

Mengitari perairan Bunaken dengan perahu motor seakan kita berada dalam terowongan bawah laut. Bagaimana tidak, keindahan karang dengan segala bentuknya dikelilingi berbagai jenis ikan yang berdansa seakan menyambut perahu motor. Ada sekitar 91 jenis ikan terdapat di perairan Taman Nasional Bunaken, diantaranya kuda gusumi, oci putih, lolosi ekor kuning, goropa, ila gasi dan lain-lain. Pesta pora yang ditunjukan oleh koloni ikan yang bermacam di dalam laut tersebut terlihat jelas dari atas perahu. Kita hanya bisa bergumam,” Indah, sangat indah ciptaan Tuhan”.

Taman laut Bunaken yang memiliki luas sekitar 75.265 hektare dengan lima pulau yang berada di dalamnya, yakni Pulau Manado Tua, Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Mantehage berikut beberapa anak pulaunya, dan Pulau Naen merupakan tempat terindah untuk wisata dalam laut (diving). Bunaken merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem daratan atau pesisir.

Tidak ada kata puas rasanya memandangi keindahan karang dan tarian ikan dengan kostum warna-warni. Mata seakan terganjal batang korek api sehingga sulit untuk berkedip. Duh, luar biasa suguhan yang diberikan Tuhan pada kita.

Matahari mulai mendekati ubun-ubun, rasa hangat yang luar biasa mulai terasa menempel dalam kulit yang terselimut oleh jaket. Corong kamera mulai kutodogkan lagi ke bawah laut sebagai tanda perpisahan. Tiba-tiba, suara tua yang merayu ditengah terik matahari bergelayutan di daun telinga, “mas kita menempi, minum-minum air kelapa muda dulu” demikian rayunya.

Bak, seekor kucing yang ditawari ikan, kaki langsung berayun cepat membawa tubuh dan isinya masuk dalam perahu yang diselimuti atap terpal yang penat. Demikian mata lensa tidak pernah lelah merekam perjalanan.

Tarian pohon kelapa yang berbaris mulai kelihatan jelas, inilah tarian resmi tepi pantai Bunaken. Air kelapa muda ditemani goreng pisang yang berbalut sambal menjadi wali pernikahan keindahan tarian pohon kelapa dengan lautan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun