Mohon tunggu...
Hamdanul Fain
Hamdanul Fain Mohon Tunggu... Penulis - Antropologi dan Biologi

Membuat tulisan ringan. Orang Lombok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Banjir, Banjir, Banjir...

19 Januari 2021   19:55 Diperbarui: 19 Januari 2021   20:00 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
antara foto via kompas.com

Suara mesin dan kedebruk pohon berjatuhan sudah bosan didengar. Sama membosankannya dengan suguhan protes rakyat melarat, kepada konglomerat. Telinga-telinga bos besar sudah terlalu acuh dan semakin riang, jeritan rakyat dianggapnya alunan musik saja. Tambah bergoyang ke kedalaman belantara.


Isi hutan dicuri, dijual, digunduli sampai menangis. Air matanya tumpah, dan ...
Banjir, banjir, banjir...

Bos-bos besar menonton saham dan banjir dari kejauhan. Perintahkan anak buah beri sembako. Seolah malaikat datang merangkul hangat. Satu, dua bulan, banjir usai bersama digulungnya lapak-lapak pengungsian. Para korban tetap berpredikat melarat, dan bos-bos besar sebagai konglomerat.

Tiga, empat, atau lima minggu kemudian. Suara bising mesin dan kedebruk pepohonan mengusik hewan-hewan endemik. Bajingan-bajingan itu sepertinya ingin mengajarkan supaya hewan endemik ikut mengembik, menjadi kambing pemakan plastik dan kertas.

Berkubik-kubik kayu diangkut kendaraan berat. Semak perdu dan herba lain tertimbun di tanah gambut. Suku anak dalam kehilangan tanaman yang penuh kandungan zat obat.

Banjir, banjir, banjir...
Episode yang sama terulang lagi
Hanya saja, bumi sudah setengah telanjang. Auratnya tersingkap. Membuat liur konglomerat semakin tumpah-tumpah.

Dulu pernah ada yang teriak kekayaan alam dijarah, ibu pertiwi diperkosa. Tapi...
Cuih...!!!
Nyatanya mereka bagian dari konglomerat yang memperkosa ibu pertiwi.

Dan banjir,
Datang kembali
Banjir, banjir, banjir...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun