Mohon tunggu...
Hamdanul Fain
Hamdanul Fain Mohon Tunggu... Penulis - Antropologi dan Biologi

Membuat tulisan ringan. Orang Lombok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tsunami

18 Januari 2021   21:11 Diperbarui: 18 Januari 2021   21:19 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com (Myriams foto)

Di suatu penghujung subuh ketika menggulung jala di atas perahu

Ombak tadinya mampu mengundang kantuk, tetiba mengamuk
Debuman keras mengagetkan datang dari kedalaman laut
Air tampak surut dan perahu turut terbawa arus
Takut dan terkejut
Tiba-tiba takjub
Perahu terjuntai di lantai dasar laut
Gila!
Air laut terbelah dua membentuk daratan di tengah-tengah
Ikan-ikan menggelepak di antara terumbu karang
Cumi-cumi bertumpuk dengan teripang
Di sisi lain tergeletak hiu macan menyentakkan tubuh
Ada pula sidat meliuk-liuk di antara jejeran sponge
Tanpa berpikir, kuangkat satu-satu
Sampai perahu penuh dan air laut kembali menyatu
Menyerbuku dan menyelimuti sampai kedalam isi perut

Sekerasnya aku berteriak,
"Tsunamiiiii..... "

Sambil mengangkat kedua tangan ke atas langit-langit kamar
Aku terduduk di atas kasur
Keringat dingin kukira air laut membuatku masih terasa hanyut

Mimpi buruk untuk kesekian kali
Lagi-lagi datang menggerogoti

Tuhan,
Aku masih trauma pada tsunami bertahun-tahun lalu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun