I
Kukirim telegram kepada ayah
Anak semata wayangnya hendak pulang
Tujuh hari aku di rumah
Ayah tergopoh ke balai desa
Menghapus penasaran yang bersarang di pikiran
Dikira ada pesan penting, mungkin dari presiden
Sekejap ayah pulang
Berwajah kecut memandang
Sembari melepas kertas di hadapanku
Ternyata telegram yang kukirim sebelum pulang
Aku geli dan tak tahan, tawaku menggelegar
Kupikir ayah akan tambah naik pitam
Malah ia terbahak lebih edan
II
Tiga puluh tahun kemudian
Di sabtu yang rindang
Anakku berpesan akan mengirim telegram ketika hendak pulang
Sama seperti mengirimi kakek dulu katanya
Satu pekan aku menunggu di balai desa
Dari jam 08.00 sampai jam 14.00 WITA
Di hari ketujuh telegram belum juga datang
Sampai di rumah ternyata anakku sudah seminggu pulang
Ternyata telegram itu ada di ponselku
Seminggu lalu sudah terkirim dan sampai hanya dalam satu detik
Aku dikerjai dengan telegram
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H