Gibran adalah salah satu kontestan dalam perhelatan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak tahun ini. Pengusaha muda yang juga anak presiden Jokowi ini dapat dipastikan tidak perlu menanti penundaan pilkada dikarenakan KPU sudah memutuskan pilkada tetap dilaksanakan meskipun di tengah kepungan kematian akibat virus covid-19.
Ironis memang, di masa pandemi yang berpotensi menyebabkan penularan malah pilkada tetap dilaksanakan di 270 daerah secara serentak. Protokol covid-19 mungkin dapat dilaksanakan dengan baik saat proses pemilihan di bilik suara. Namun yang menjadi kekhawatiran banyak pihak adalah proses kampanye yang kurang dapat dikontrol.
Sebagai contoh, Najwa Sihab ketika berdiskusi dengan Luhut Binsar Pandjaitan menampilkan vidio Gibran dan pendukungnya konvoi berkerumun. Vidio yang tampak membuat LBP gusar dan mengkritik Najwa Sihab.Â
Menurutnya vidio semacam itu berpotensi memprovokasi masyarakat. Tapi disadari atau tidak, itu merupakan contoh yang dapat menggambarkan situasi kampanye nantinya di 269 daerah lainnya sebelum pilkada serentak digelar Desember mendatang.
Melihat kegusaran LBP, saya merasa seperti sudah ada proyeksi untuk Gibran menuju pemilihan presiden (pilpres) 2024. Ikut serta di pertarungan serentak tahun ini hanyalah menjadi batu loncatan strategis bagi saudara kandung Kahiyang ini. Jika pilkada tahun ini sampai ditunda, maka langkah strategis Gibran menuju pilpres 2024 dipastikan berantakan.
Tidak ada cukup waktu untuk "show off" bagi Gibran apabila terjadi penundaan pilkada serentak. Tim kampanye dan media tidak akan mampu "memblow up" prestasi Gibran mengelola Kota Solo.
Like father, like son. Kemungkinan perjalanan politik Gibran akan mengikuti jejak ayahnya. Memulai peruntungan dari Kota Solo di pilkada tahun ini. Jika hasil pemilihan dilantik tahun depan, ini artinya ada kurang lebih waktu dua tahun untuk unjuk gigi dan promosi kesuksesan memimpin Kota Solo.Â
Mengapa dua tahun? Â Karena tahun 2022 adalah akhir periode Anies Baswedan menjabat di DKI Jakarta. Kesempatan untuk melompat lebih tinggi bagi Gibran agar semakin dekat dengan posisi puncak atau target akhir pilpres 2024.
Berkaca dari perjalanan karir ayahnya, cukup dua tahun untuk mendengungkan keberhasilan dalam memerintah di Ibu Kota negara. Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia, memiliki nilai jual lebih untuk mendompleng nama tokoh politik untuk melaju ke pilpres.Â
Apalagi dua tahun Anies akan melewati masa pensiun sebagai Gubernur. Tanpa posisi strategis maka elektabilitas dapat turun drastis. Benar-benar kondisi menguntungkan bagi Gibran.
Apapun hasilnya nanti saya hanya berdoa mudah-mudahan dianugerahi sifat amanah dan adil. Selamat berjuang.