I
Kau sodorkan buku kenangan yang hanya dirimu boleh membacanya
Ada dua puisi kau tunjukkan
Ditulis ulang dari pesan singkat di handphone
Tanda tangan di bawah ucapmu
Dan mataku terheran
Ketika membaca perlahan satu puisi yang lain
Puisi itu bukan aku yang menulisnya
Mungkin hanya orang iseng penggemarmu saja
II
Dalam hidup teruntai aneka puisi
Yang hanya bisa kau baca dengan nurani yang jernih
Di lembar-lembar yang kau jalani
Dan puisi itu bukan aku yang menulisnya
Lebih indah dari yang mampu terlintas di benakku
Mungkin hanya persepsi liar saja
Persangkaanku Tuhan yang suka berpuisi
Tidak hanya melalui kalimat-kalimat suci
Tapi dalam wujud semesta yang bisa kau hirup, sentuh, pandangi dan leburlah perasaan sombongmu
Kau bebas ingin melestarikan atau merusaknya
Tapi apakah nihil kecintaanmu terhadap puisi-puisi itu?
Tuhan terlalu baik padamu, pada kita semua
Tak mampu mata dan indera menyentuh
Dan dikirimnya untaian-untaian puisi mewujud alam semesta
Agar rasa yakin tumbuh dan tetap kokoh dalam jiwa
Begitu indah
Dan puisi itu bukan aku yang menulisnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H