Mohon tunggu...
Hamdan Nurohman
Hamdan Nurohman Mohon Tunggu... Freelancer - Hamdannr

ini bio

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mewujudkan Pendidikan yang Berkualitas di Masa Pandemi Covid-19

2 November 2020   21:48 Diperbarui: 2 November 2020   21:58 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu target penting dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu Quality Education atau Kualitas Pendidikan. Masalah pendidikan di Indonesia menjadi salah satu yang perlu dibenahi dan memerlukan pembangunan berkelanjutan. Indonesia membutuhkan pembenahan kualitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas merupakan faktor penting untuk menciptakan Indonesia emas di masa depan. Kemajuan dari berbagai sektor seperti perrtanian, peikanan, sumber daya, teknologi, ekonomi, budaya, pertahanan dan lain-lain diawali dengan majunya kualitas pendidikan di bidang-bidang tersebut. Oleh karena itu, untuk menciptakan pendidikan berkualitas di Indonesia yang pertama-tama perlu dibenahi adalah bidang pendidikan, baik itu pendidikan akademik maupun pendidikan moral yang mengimbanginya. 

Dari kualitas pendidikan yang baik dan seimbang tersebut akan terbentuk generasi penerus yang lebih baik pula, yang kemudian disebut generasi emas. Namun capaian yang ingin di raih oleh SDGs lewat pendidikan yang berkualitas sedikit tersendat dengan adanya pandemi covid-19 ini.


Kebijakan hampir seluruh negara di dunia untuk melakukan lockdown, atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia, dalam kondisi pandemi, berdampak pada interupsi pembelajaran pelajar dan mahasiswa, termasuk di dalamnya proses belajar mengajar dan proses evaluasi belajar. UNESCO, misalnya, melaporkan sekitar 177 negara di dunia telah menutup sekolah sehingga lebih dari 1,2 juta pelajar dan mahasiswa turut terdampak. Di Indonesia kebijakan ini berpengaruh pada sekitar 68 juta anak-anak dan remaja pelajar, yaitu sekitar 5 juta anak prasekolah; 24,7 juta anak Sekolah Dasar (SD); 9,9 juta anak dan remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP); 9,9 juta remaja Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMA & SMK); serta 8 juta mahasiswa.


Skema pembelajaran daring dianggap menjadi respon terbaik untuk memitigasi disrupsi tersebut. Akan tetapi efektivitasnya sangat dipengaruhi oleh pengalaman kita dalam proses pengelolaan belajar daring dan ketersediaan akses infrastruktur untuk semua pelajar dan mahasiswa. Tanpa kedua prasyarat tersebut efektivitas pembelajaran akan terganggu dan pencapaian target-target SDGs bidang pendidikan akan lebih sulit dicapai. Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia misalnya dapat dilihat dari peringkat PISA (Programme for International Student Assessment) Indonesia. PISA adalah pengujian kemampuan dasar pengetahuan anak-anak sekolah berusia 15 tahun di berbagai negara. Sejak empat tahun terakhir posisi Indonesia menurun di semua bidang yang diujikan, yaitu membaca, matematika, dan sains. Laporan PISA terakhir, misalnya, melaporkan Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 77 negara. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia menduduki skor paling bawah bersama Filipina. Transisi tiba-tiba ke pembelajaran daring sebagai imbas dari pandemi Covid-19 sangat mungkin berpotensi memperparah rendahnya pencapaian kualitas pembelajaran itu.


Sampai saat ini, dalam beberapa studi literatur, dampak dari perubahan proses pembelajaran dari tatap-muka ke daring belum dapat disimpulkan secara meyakinkan. Studi-studi tersebut pun kebanyakan dilakukan di negara-negara maju dan sebagian besar untuk jenjang perguruan tinggi. Banyak studi menunjukkan bahwa dampak pembelajaran daring tidak selalu baik apalagi jika terdapat kesenjangan akses terhadap infrastrukturnya.


Di Indonesia, karena pandemi Covid-19, sistem pembelajaran jarak jauh daring diimplementasikan secara massif dan sangat tiba-tiba. Tentunya ini dilakukan tanpa persiapan infrastruktur, sumber daya, dan kapasitas yang memadai terutama dalam memastikan semua siswa, tanpa terkecuali, mempunyai akses yang setara. kesenjangan juga terjadi dalam hal akses terhadap koneksi internet, yang menjadi hal penting dalam pembelajaran daring. Data Susenas (Maret, 2019) menunjukkan bahwa kesenjangan akses internet di kalangan pelajar cukup besar dan berpotensi berdampak serius pada kesenjangan kualitas pendidikan apalagi jika pembelajaran daring ini akan berlangsung cukup lama. Adanya pandemi covid-19 ini membuat pembelajaran di Indonesia sangat berpotensi mengganggu agenda pencapaian SDG-4 (Pendidikan berkualitas untuk semua).


Menghadapi persoalan terkait pembelajaran daring pada masa pandemi Covid 19 ini dan juga pencapaian target SDG-4, hal-hal berikut bisa menjadi ruang perbaikan. Pertama, perlunya melakukan pengumpulan informasi yang melibatkan pihak sekolah terkait dampak pandemik Covid-19 dalam beberapa bulan terakhir, baik dari sisi siswa, guru, maupun orang tua. Pengumpulan informasi ini dapat menggunakan sistem dapodik yang sudah dipakai selama ini. Kedua, perlunya menciptakan strategi pembelajaran yang adaptif terhadap kondisi pandemik dengan cara melakukan perubahan kurikulum yang lebih ramah terhadap siswa dan guru, juga mengakomodasi keterbatasan tatap muka. Perubahan kurikulum bisa berupa penyederhanaan mata pelajaran, penyederhanaan topik di dalam mata pelajaran dan penyesuaian target kompetensi dasar yang harus diraih siswa. Ketiga, perlu adanya program atau kegiatan peningkatan kapasitas guru untuk merancang metode pembelajaran jarak jauh, sekaligus peningkatan kapasitas guru dalam penggunaan berbagai alat dan media pembelajaran jarak jauh. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan berbagai pelatihan jarak jauh kepada para guru selama masa libur sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun