Mohon tunggu...
Hamdani Mulya
Hamdani Mulya Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan Guru SMAN 1 Lhokseumawe, Provinsi Aceh

Menulis artikel Sastra, Linguistik, dan Esai "Menulis adalah mengukir sejarah dalam kenangan wajah zaman." (Hamdani Mullya)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surga untuk Siapa?

4 November 2024   11:44 Diperbarui: 4 November 2024   11:50 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerpen


Surga untuk Siapa ?
Karya Hamdani Mulya


 "Brengsek ..., brengsek..., brengsek ..., bangsat lelaki itu ... tiap hari kerjanya sih mabuk, hisap sabu-sabu. Jika pikirannya lagi tak senang, terus kerjanya menyiksa ibuku," itu jawab Iwan kepada petugas polisi yang menginterogasinya karena diduga membunuh seorang lelaki separuh abad. 

"Aku puas dan tidak pernah menyesal telah memancung lelaki yang sering memukul Ibuku," sambung pemuda tanggung berusia 17 tahun itu. 

Iwan terpaksa harus mengikuti Ujian Nasional (UN) di meja ruang jeruji besi tahanan kantor polisi.


Iwan di kampungnya dikenal termasuk remaja yang alim dalam agama. Ia begitu menghormati kedua orang tuannya. Itu sebab sepulang sekolah, ia mencari uang sendiri dengan menjadi buruh di sebuah kilang padi dan kadang-kadang menjadi kernet (kondektur) angkot. Itu ia lakukan demi mengurangi beban orangtuanya, dan usai kerja malam ia mengaji ke satu Dayah (Pesantren) terdekat di kampungnya.


"Jangan katakan ah, ah..., ah... kepada Ibumu, karena perkataan semacam itu menyebabkanmu durhaka kepada ibumu. Jangan pula kamu durhaka kepada Bapakmu. Kamu hari kiamat tidak masuk surga", begitu kata Tgk. Haji Ismail dua malam yang lalu di pesantren, sebelum Iwan menghabisi lelaki berkulit hitam legam yang mirip Iwan itu.


Malam naas itu sebuah mobil ambulance meraung-raung seperti menangisi kepergian lelaki pecandu narkoba itu. Melaju kencang membawa korban pembunuhan yang dilakukan oleh anak kandunnya sendiri. Korban bernama Saiful, berusia 50 tahun preman kampung dan seorang bandar narkoba.


Namun, para masyarakat desa sekitar yang sosialnya masih tinggi. Seperti biasanya melawat berkunjung kerumah korban untuk melakukan fardhu kifayah. Selanjutnya mendoakan mudah-mudahan almarhum masuk surga dan Iwan juga diampuni dosanya. Kemudian keduanya masuk surga untuk saling bermaaf-maafan seperti di hari raya.


Hari itu langit mendung, gerimis menangis ada cinta berbalut duka di ujung belati. Sayat-sayat suara bisik setan menggemuruh di bumi berdarah. Di zaman yang penuh tipu daya ini ada-ada saja adegan yang menusuk hati. Tanda-tanda kiamat sudah dekat ? 

Dari balik penjara Iwan masih menunggu hari persidangan. Tiba-tiba seorang pria datang. Dia abang kandung Iwan yang ketika sempat mengantar ayah mereka ke rumah sakit sebelum menghembuskan nafas terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun