Pada malam hari, warga berbondong-bondong menuju ke meunasah untuk mendengar ceramah maulid.
Kemeriahan pelaksanaan tradisi maulid di Aceh, seluruh warga larut dalam berbagai proses pelaksanaannya. Bagi masyarakat Aceh, maulid telah menjadi tradisi dan dilaksanakan secara turun temurun. Pelaksanaan peringatan maulid merupakan salah satu contoh semangat kecintaan terhadap Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa perubahan dalam hidup manusia ke jalan yang benar.
Menurut Miksalmina (2020) dalam tulisannya Melihat Kemeriahan Warga Aceh Sambut Maulid Nabi kemeriahan perayaan Maulid Nabi di Aceh memiliki dasar sejarah yang kuat. Ini sebagaimana termaktub dalam sebuah surat wasiat Sultan Aceh yang diterbitkan pada 12 Rabiul Awal 913 Hijriah atau 23 Juli 1507, oleh Sultan Ali Mughayat Syah yang ditemukan Tan Sri Sanusi Junid. Salah satu poinnya adalah mengenai pelaksanaan Maulid Nabi yang dapat menyambung tali silaturrahmi antar warga gampong di Kerajaan Aceh  Darussalam.
Nilai Pendidikan Islam Pada Peringatan Maulid
Dengan demikian, berarti perayaan maulid di Aceh sarat dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Karena dengan adanya perayaan maulid dapat menumbuhkan rasa cinta yang mendalam di hati umat Islam kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw, mengandung nilai pahala dengan membaca zikir dan shalawat, memahami sejarah perjuangan dakwah  Nabi dan Rasul dengan menyimak pembacaan syair dan kasidah, mengandung nilai ibadah dengan menyantuni anak yatim dan fakir miskin, mengandung nilai sosial dengan berbagi rasa kebersamaan dan tolong-menolong, mengandung nilai kearifal lokal, serta mengandung seni sastra melalui senandung syair kasidah yang dilantukan oleh Syeikh Dike dan para anggota kelompok grup Dike Aceh.Â
Semoga tradisi Islam yang luhur ini terus lestari sepanjang masa sebagai khazanah tamadun Aceh yang gemilang.(tengkuhamdani@yahoo.com).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H